Jakarta, Gotrade News - Pasar saham AS baru saja mendapat angin segar. Setelah sempat melemah, indeks utama berbalik arah pada perdagangan sore hari Rabu (6/11). Dow Jones Industrial Average naik 300 poin dan S&P 500 naik hampir 1%.
Pemicunya adalah berita dari Mahkamah Agung AS. Menurut laporan Business Insider, para hakim tampak skeptis bahwa Donald Trump memiliki wewenang untuk memberlakukan tarif impor besar-besaran secara sepihak.
Jika pengadilan memutuskan untuk membatalkan wewenang tersebut, ini bisa menjadi 'bahan bakar roket' bagi pasar saham.
Mahkamah Agung AS Ragukan Kekuatan Tarif Trump
Kasus ini memiliki implikasi ekonomi dan politik yang serius. Para hakim Mahkamah Agung mempertanyakan penggunaan International Emergency Economic Powers Act oleh Trump.
Undang-undang tersebut digunakan untuk menghindari persetujuan Kongres dan memberlakukan tarif global yang tinggi.
Selama ini, tarif tersebut menjadi momok bagi banyak perusahaan. Daniel Bustamante, CIO dari Bustamante Capital Management, mengatakan kepada Business Insider bahwa penghapusan masalah tarif ini akan bersifat bullish untuk saham. Bullish adalah istilah yang digunakan saat pasar diperkirakan akan mengalami tren kenaikan.
Bustamante melihat pasar sudah mulai "mempertimbangkan" kemungkinan ini dalam harga saham (price in). Peluang bahwa pengadilan akan mendukung tarif tersebut di situs prediksi Polymarket juga telah turun dari 45% di akhir Oktober menjadi hanya 27%.
'Bahan Bakar Roket' untuk Profitabilitas dan Inflasi
Pencabutan tarif impor ini dapat memberikan dampak ganda yang positif bagi perekonomian.
Pertama, perusahaan besar dan kecil akan terbebas dari pajak impor yang menyakitkan. Hal ini akan memperbaiki pandangan mereka terhadap profitabilitas di masa depan.
Cory Johnson dari Epistrophy Capital Research menjelaskan dampak ini. Ia menganalogikan tarif tersebut sebagai "biaya tambahan untuk setiap watt dan wafer".
Johnson mengatakan pencabutan biaya tambahan itu ibarat "peningkatan kinerja" di pasar yang sangat mementingkan kecepatan dan biaya. Proses reshoring, atau pemindahan kembali manufaktur ke AS untuk menghindari tarif, telah menjadi masalah besar bagi perusahaan dengan rantai pasok global, seperti Apple Inc..
Kedua, langkah ini kemungkinan besar akan menghilangkan momok inflasi yang lebih tinggi. Inflasi adalah salah satu faktor yang membuat bank sentral AS, The Federal Reserve, ragu-ragu dalam menentukan arah kebijakan moneternya, seperti kapan harus menurunkan suku bunga.
Saham Apa Saja yang Bisa Terdampak?
Berita ini langsung memicu kenaikan pada saham-saham yang paling terekspos pada isu tarif.
Perusahaan seperti Stanley Black & Decker, RH, serta produsen mobil General Motors Company dan Ford Motor Company semuanya melonjak.
Selain itu, ada satu pertanyaan besar yang diungkapkan oleh Michael Reynolds dari Glenmede. Apa yang terjadi jika Mahkamah Agung mewajibkan pengembalian dana tarif yang telah dikumpulkan?
Reynolds mencatat bahwa pada saat putusan dijatuhkan (kemungkinan awal 2026), mungkin ada lebih dari $100 miliar tarif yang terkumpul. "Jika itu harus dikembalikan," katanya, "itu mungkin akan terasa seperti lapisan stimulus perusahaan."
Referensi:
- Business Insider, A ruling striking down Trump's tariffs would be like rocket fuel for stocks. Diakses pada 6 November 2025
- Featured Image: Shutterstock
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











