Jakarta, Gotrade News - Jensen Huang mungkin memimpin salah satu perusahaan paling berharga di dunia saat ini. Namun posisi puncak tersebut ternyata tidak membuatnya tidur nyenyak.
Dalam sebuah pengakuan yang mengejutkan, CEO NVIDIA Corporation ini mengungkapkan bahwa ia hidup dalam keadaan cemas yang konstan karena takut kehilangan segalanya.
Paradoks Kesuksesan dan Kecemasan CEO Nvidia
Banyak orang mengira kesuksesan finansial akan membawa ketenangan hidup. Namun hal ini tidak berlaku bagi Jensen Huang. Seperti yang dikutip dari Fortune, Huang mengakui bahwa ia masih bekerja tujuh hari dalam seminggu. Ia tidak pernah melewatkan satu hari pun untuk bekerja, termasuk saat libur Thanksgiving dan Natal.
Rutinitas paginya dimulai sangat awal. Huang mulai memeriksa email sejak pukul 4 pagi setiap harinya. Ia menggambarkan perasaannya sebagai campuran dari kerentanan dan ketidakpastian yang tidak pernah hilang.
Padahal, Nvidia telah tumbuh dari pembuat kartu grafis menjadi raksasa teknologi yang mendominasi infrastruktur kecerdasan buatan atau AI global.
Huang menyebutkan dalam podcast The Joe Rogan Experience bahwa perasaan takut bangkrut itu melelahkan tetapi juga menjadi penggerak utamanya. Ia selalu merasa bahwa perusahaan bisa saja runtuh dalam sekejap jika ia lengah.
Mentalitas ini menunjukkan bahwa bagi para pemimpin teknologi, rasa puas diri adalah musuh terbesar yang harus dihindari.
Trauma Masa Lalu yang Menjadi Bahan Bakar
Ketakutan Huang bukanlah tanpa alasan yang jelas. Ia memiliki moto yang telah dipegangnya selama 33 tahun, yaitu "30 hari menuju kebangkrutan". Frasa ini lahir dari pengalaman nyata saat Nvidia berada di ujung tanduk pada pertengahan tahun 1990-an.
Kala itu, teknologi grafis pertama yang mereka kembangkan ternyata cacat produksi. Situasi semakin kritis karena mereka sedang mengembangkan chip untuk konsol Sega. Seperti yang dijelaskan oleh Jensen Huang dalam artikel Yahoo Finance tersebut, uang perusahaan hampir habis saat itu. Ia harus terbang ke Jepang untuk menemui CEO Sega dan mengakui kegagalan produk mereka.
Namun dalam momen kritis itu, Huang juga meminta Sega untuk tetap membayar sisa kontrak sebesar 5 juta dolar AS agar Nvidia bisa bertahan hidup. Sega setuju dan dana tersebut menjadi tali penyelamat yang membuat Nvidia bisa berinovasi hingga hari ini.
Huang percaya bahwa penderitaan dan kesulitan adalah bagian penting dari perjalanan sukses. Ia bahkan menyatakan bahwa rasa takut akan kegagalan memberinya dorongan yang lebih besar daripada keinginan untuk sukses itu sendiri.
Budaya Kerja Keras yang Menurun ke Keluarga
Etos kerja ekstrem ini tampaknya tidak berhenti pada dirinya saja. Gen "gila kerja" tersebut juga menurun kepada kedua anaknya, Madison dan Spencer. Meskipun mereka adalah anak dari salah satu orang terkaya di dunia, perjalanan karier mereka di Nvidia tidak dimulai secara instan di posisi atas.
Laporan dari Fortune menyebutkan bahwa kedua anak Huang, yang kini berusia 30-an, memulai karier mereka di perusahaan sang ayah sebagai pekerja magang pada tahun 2020 dan 2022.
Sebelumnya, mereka memiliki jalur karier yang sangat berbeda. Madison sempat bersekolah di Culinary Institute of America, sementara Spencer mendalami pemasaran dan bahkan sempat membuka bar koktail di Taipei.
Kini keluarga Huang memiliki tiga anggota yang bekerja setiap hari di perusahaan yang sama. Hal ini memperlihatkan bahwa di balik raksasa teknologi global, terdapat nilai-nilai kerja keras yang ditanamkan secara mendalam dari level personal hingga profesional.
Bagi kamu yang sedang membangun portofolio investasi atau karier, kisah ini menjadi pengingat bahwa konsistensi dan kewaspadaan adalah aset yang tak ternilai.
Referensi:
- Fortune, Nvidia CEO Jensen Huang admits he works 7 days a week, including holidays, in a constant ‘state of anxiety’ out of fear of going bankrupt. Diakses pada 4 Desember 2025
- Featured Image: Shutterstock
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











