Jakarta, Gotrade News - Morgan Stanley melihat potensi ekonomi AS terhindar dari gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal pada 2026.
Namun, skenario positif ini hanya bisa terjadi jika perusahaan terus menaikkan harga jual produk mereka.
Key Takeaways
- Morgan Stanley menilai kenaikan harga barang diperlukan untuk memulihkan profitabilitas perusahaan pasca tekanan tarif.
- Inflasi inti diprediksi mencapai 3 persen pada awal 2026 akibat dampak lanjutan kebijakan tarif.
- Risiko PHK akan kembali muncul jika konsumen mulai menolak kenaikan harga dan mengurangi belanja.
Kepala Ekonom AS Morgan Stanley, Michael T. Gapen, menyebut langkah ini krusial untuk menjaga stabilitas tenaga kerja.
Sepanjang awal 2025, perusahaan sempat memilih memangkas jumlah staf demi menahan harga saat tekanan tarif meningkat.
Tren tersebut berubah pada kuartal ketiga ketika industri mulai membebankan biaya tarif langsung kepada pembeli.
Menurut analisis bank tersebut, strategi menaikkan harga ini menjadi kunci untuk memulihkan profitabilitas perusahaan yang tergerus.
Tim analis memprediksi tidak akan ada kebijakan tarif baru dari pemerintah AS menjelang pemilu paruh waktu 2026.
Meskipun begitu, inflasi inti diperkirakan tetap akan menyentuh angka 3 persen pada awal tahun depan.
Strategi penyelamatan lapangan kerja ini memiliki risiko besar jika konsumen tidak lagi sanggup menoleransi harga tinggi.
Morgan Stanley memperingatkan bahwa penolakan pasar akan memaksa perusahaan kembali memangkas biaya tenaga kerja.
Referensi:
- Business Insider, Morgan Stanley says tariff-fueled inflation could save the economy from layoffs. Diakses pada 26 Desember 2025
- Featured Image: Shutterstock
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











