Jakarta, Gotrade News - Bursa saham AS tampak “wait and see” pada hari Kamis. Kontrak berjangka (futures) untuk indeks-indeks utama bergerak tipis, mencerminkan sikap hati-hati investor.
Berdasarkan data yang dilaporkan Seeking Alpha, futures SPDR S&P 500 ETF Trust (SPX) naik tipis 0.1%. Sementara itu, futures Invesco QQQ Trust (Nasdaq 100) menguat 0.2%, dan futures SPDR Dow Jones Industrial Average ETF Trust (INDU) naik 0.1%.
Sikap investor ini muncul di tengah dua faktor utama yaitu rilis data ekonomi yang saling bertentangan dan penantian putusan penting Mahkamah Agung AS mengenai tarif impor.
Pasar Bergerak Datar di Tengah Data Ekonomi yang Kontradiktif
Pasar saham AS sebenarnya baru saja mendapatkan sentimen positif pada hari Rabu. Menurut Henry Allen dari Deutsche Bank, nada risiko (risk-on) atau optimisme investor telah kembali ke pasar.
Hal ini didorong oleh data pekerjaan sektor swasta yang lebih kuat dari perkiraan. Selain itu, ada spekulasi yang berkembang bahwa penghentian pemerintahan (government shutdown) mungkin akan segera berakhir.
Namun, laporan terbaru pada hari Kamis justru menunjukkan gambaran yang berlawanan.
Sebuah laporan dari Challenger, Gray & Christmas yang dirilis lebih awal dari jadwal menunjukkan lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) di AS. Laporan tersebut mencatat 153.074 PHK selama Oktober.
Angka ini melonjak 183% dari bulan September dan naik 175% jika dibandingkan dengan Oktober 2024. Lonjakan PHK ini menjadi sinyal perlambatan ekonomi yang perlu kamu perhatikan.
Putusan Tarif Mahkamah Agung Jadi Sorotan Utama
Fokus utama investor saat ini tertuju pada Mahkamah Agung AS. Rabu menjadi tanggal penting karena Mahkamah Agung mulai mendengarkan argumen mengenai legalitas penerapan tarif impor besar-besaran oleh pemerintahan Trump.
Tarif ini diimplementasikan menggunakan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA). Sebelumnya, pengadilan di tingkat lebih rendah telah memutuskan penggunaan undang-undang tersebut tidak sah.
Menurut laporan Seeking Alpha, pasar prediksi Kalshi menunjukkan bahwa peluang pengadilan untuk mempertahankan tarif tersebut telah turun tajam.
Henry Allen dari Deutsche Bank juga menambahkan bahwa pertanyaan dari para hakim kunci memberi kesan bahwa Presiden mungkin telah melampaui kewenangannya dalam penggunaan kekuatan darurat tersebut.
Namun, apa dampaknya jika tarif ini dibatalkan? Analis memprediksi ini bukan berarti tarif akan hilang begitu saja.
Paul Donovan dari UBS mengatakan asumsinya adalah tarif baru akan menggantikan yang lama. Hanya saja, tarif baru itu akan menggunakan justifikasi hukum yang berbeda.
Donovan mengingatkan bahwa ketika tarif diturunkan baru-baru ini, harga konsumen tidak serta merta ikut turun.
Ini berarti restrukturisasi tarif di masa depan berpotensi memberi dorongan (meskipun kecil) pada inflasi AS. Tentu ini adalah poin penting yang akan memengaruhi kebijakan The Fed selanjutnya.
Untuk sisa hari ini, pasar juga akan mengamati pidato dari beberapa pejabat Federal Reserve. Nama-nama seperti Gubernur Fed Michael Barr, Presiden Fed New York John Williams, dan Gubernur Fed Christopher Waller dijadwalkan akan berbicara.
Referensi:
- Seeking Alpha, Nasdaq, S&P, Dow futures steady as traders watch for updates on Supreme Court tariff ruling. Diakses pada 6 November 2025
- Featured Image: Shutterstock
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











