Wall Street Dekati Rekor, Harga Minyak Naik Akibat Sanksi Rusia

Pasar saham AS ditutup menguat pada hari Kamis, nyaris menyentuh rekor tertingginya. Kenaikan ini didorong oleh dua faktor utama yaitu lonjakan harga minyak dan rilis laporan keuangan perusahaan yang kuat.

Indeks S&P 500 naik 0,6% dan berada hanya 0,2% dari rekor tertingginya bulan ini. Menurut laporan AP News, Dow Jones Industrial Average juga bertambah 0,3%, sementara Nasdaq composite memimpin dengan kenaikan 0,9%.

Sanksi Minyak Rusia Dongkrak Harga Energi

Pendorong utama pasar adalah lonjakan harga minyak mentah sekitar 5,5%. Kenaikan ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan sanksi baru yang "masif" terhadap industri minyak Rusia, khususnya menargetkan Rosneft dan Lukoil, seperti yang dilaporkan Boston Herald.

Langkah ini bertujuan untuk menekan Rusia agar mengakhiri perang di Ukraina. Sanksi ini berpotensi membatasi aliran minyak global.

Sektor energi pun memimpin kenaikan di pasar. Saham perusahaan seperti Exxon Mobil naik 1,1%, ConocoPhillips 3,1%, dan Diamondback Energy 3,4%, menurut data AP News. Meskipun terjadi lonjakan, penting untuk dicatat bahwa harga minyak sebenarnya masih turun lebih dari 10% sepanjang tahun ini.

Musim Laporan Laba Rugi Tunjukkan Hasil Campuran

Selain harga minyak, pasar juga mendapat sentimen positif dari musim laporan laba rugi. Ini adalah periode ketika perusahaan publik merilis kinerja keuangan mereka untuk melihat seberapa baik performa bisnis mereka.

Seperti yang biasanya terjadi, mayoritas perusahaan melaporkan laba yang melampaui perkiraan analis Wall Street.

Menurut laporan AP News, saham Dow melonjak 12,9% dan Las Vegas Sands naik 12,4% setelah keduanya melaporkan pendapatan yang lebih kuat dari perkiraan. Tesla juga naik 2,3% meskipun labanya lebih lemah, pendapatannya melampaui ekspektasi analis.

Namun, tidak semua perusahaan bernasib baik. Molina Healthcare anjlok 17,5% setelah labanya jauh di bawah ekspektasi. CEO Joseph Zubretsky menyalahkan lingkungan yang menantang untuk biaya medis, sebuah kekhawatiran yang telah disuarakan oleh perusahaan asuransi lain sepanjang tahun.

Emas dan Kebijakan The Fed Tetap Jadi Fokus

Di pasar komoditas lain, harga emas menguat 2% menjadi $4.145,60 per ons, menghentikan penurunan tajam baru-baru ini. Emas telah menjadi primadona di tahun 2025, melonjak sekitar 57% sepanjang tahun ini, menurut data Boston Herald.

Salah satu pendorong kenaikan emas adalah kekhawatiran investor terhadap utang pemerintah yang terus menumpuk. Utang nasional bruto AS menembus $38 triliun pada hari Rabu. Banyak yang khawatir hal ini dapat memperburuk inflasi di masa depan.

Inflasi adalah data yang diawasi ketat oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Investor kini menunggu rilis data inflasi bulan September yang sempat tertunda. Jika angka inflasi terbukti rendah, hal itu dapat mendorong The Fed untuk kembali memangkas suku bunga acuannya.

Kenaikan pasar saham AS menunjukkan optimisme investor, namun didorong oleh peristiwa geopolitik yang kompleks dan laporan keuangan yang beragam. Ke depannya, investor akan terus mencermati pergerakan harga komoditas, data inflasi, dan langkah kebijakan The Fed selanjutnya.

Referensi:

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Artikel terkait

Dipercaya

lebih dari

1M+

Trader di Indonesia 🌏

Keamananmu adalah prioritas kami 🔒

Gotrade terdaftar & diawasi

KominfoOJKSOCFintech Indonesia

Penghargaan atas kinerja dan inovasi terdepan!🏅

 

Benzinga Global Fintech Awards 2024
Five Star Award 2024
Trusted Award 2024
Highest Combined 2022
Mockup Two Phones

Trading Lebih Cepat. Lebih Mudah. Lebih Cerdas.

#ReadyGoTrade

Gotrade Green Logo Top Left
AppLogo

Gotrade