Ketika saham dianggap terlalu murah (undervalued) atau terlalu mahal (overvalued) dibanding nilai intrinsiknya, fenomena ini dikenal sebagai valuation gap saham.
Memahami konsep valuation gap membantu investor mengenali momen tepat untuk membeli saham berpotensi atau menghindari yang sudah terlalu tinggi harganya.
Melalui artikel ini, Gotrade akan menjelaskan apa itu valuation gap, faktor yang memengaruhinya, dan strategi investasi efektif untuk memanfaatkannya.
Mengenal Valuation Gap
Valuation gap saham adalah selisih antara harga pasar saham dengan nilai wajarnya berdasarkan analisis fundamental.
Jika harga pasar berada di bawah nilai wajar, saham disebut undervalued, artinya berpotensi naik di masa depan.
Sebaliknya, jika harga pasar melampaui nilai wajar, saham tergolong overvalued, dan ada risiko koreksi harga.
Menurut Corporate Finance Institute, perbedaan ini sering muncul karena dinamika pasar, seperti perubahan sentimen, kondisi ekonomi, hingga ekspektasi pertumbuhan laba.
Dengan kata lain, valuation gap mencerminkan bagaimana persepsi investor terkadang tidak sejalan dengan kondisi fundamental perusahaan.
Faktor yang Menyebabkan Valuation Gap
Valuation gap bisa muncul karena berbagai faktor, baik dari sisi fundamental perusahaan maupun kondisi eksternal. Berikut penjelasannya:
1. Perubahan ekspektasi laba
Ekspektasi pertumbuhan laba sering kali menjadi pendorong utama harga saham. Ketika pasar memperkirakan pertumbuhan yang lebih tinggi dari kenyataan, harga saham bisa naik berlebihan, menciptakan overvalued stock.
Sebaliknya, jika pasar terlalu pesimis (misalnya karena isu sementara seperti inflasi atau geopolitik), saham bisa menjadi undervalued, meskipun fundamentalnya tetap kuat.
2. Fluktuasi suku bunga dan inflasi
Suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap valuasi saham. Saat suku bunga naik, discount rate dalam model valuasi meningkat, membuat nilai intrinsik perusahaan menurun.
Hal ini sering menyebabkan penurunan harga saham growth, dan menciptakan valuation gap sementara terhadap saham-saham value.
3. Perbedaan sektor dan siklus ekonomi
Tidak semua sektor bereaksi sama terhadap perubahan ekonomi. Misalnya, saham teknologi bisa naik cepat saat ekonomi ekspansif, sementara saham energi atau consumer staples cenderung stabil saat resesi.
Perbedaan performa antarsektor inilah yang sering memunculkan valuation gap antar industri.
4. Sentimen pasar dan perilaku investor
Faktor psikologis juga sangat berperan. Euforia, herd behavior, atau rasa takut ketinggalan (FOMO) bisa mendorong harga saham menjauh dari nilai wajarnya.
Menurut Morningstar, perilaku investor sering kali menciptakan "anomaly pricing" jangka pendek yang menghasilkan peluang investasi menarik bagi investor rasional.
Strategi Investasi Saat Terjadi Valuation Gap
Menemukan valuation gap saja tidak cukup. Yang penting adalah bagaimana kamu memanfaatkannya secara strategis.
Berikut pendekatan yang bisa diterapkan:
1. Gunakan analisis fundamental mendalam
Gunakan rasio valuasi seperti PER (Price to Earnings Ratio), PBV (Price to Book Value), atau EV/EBITDA untuk membandingkan valuasi antar perusahaan sejenis.
Saham dengan rasio lebih rendah dari rata-rata sektornya bisa menjadi sinyal undervalued.
Contoh: jika PER sektor perbankan di kisaran 12x, sementara saham BBRI hanya 9x, ada potensi valuation gap yang bisa dimanfaatkan jika fundamentalnya kuat.
2. Manfaatkan momentum koreksi harga
Valuation gap sering tertutup ketika harga pasar menyesuaikan dengan nilai wajarnya. Investor bisa masuk saat gap masih lebar (harga undervalued) dan keluar ketika mendekati nilai wajar.
Pendekatan ini umum digunakan oleh value investor seperti Warren Buffett yang membeli saat pasar pesimis, lalu menunggu normalisasi valuasi.
3. Gunakan pendekatan relative valuation
Selain analisis absolut seperti DCF, bandingkan valuasi antarsektor atau negara.
Misalnya, saham bank di Indonesia mungkin lebih murah dibanding bank regional di ASEAN, walau memiliki potensi pertumbuhan serupa.
4. Diversifikasi Berdasarkan Gap dan Risiko
Tidak semua saham undervalued akan segera naik. Karena itu, penting untuk menyebar investasi di beberapa sektor berbeda untuk mengurangi risiko jika salah estimasi nilai wajar.
5. Perhatikan timing makroekonomi
Valuation gap sering melebar saat pasar sedang koreksi besar. Fase-fase inilah peluang terbaik untuk mengakumulasi saham bagus di harga murah, terutama jika prospek fundamental tetap solid.
Contoh Nyata: Saham Value vs Growth
Pada 2022, ketika suku bunga global naik, saham-saham growth seperti Meta, Amazon, dan Nvidia terkoreksi tajam. Sebaliknya, saham value seperti Coca-Cola dan Johnson & Johnson justru lebih stabil.
Hal ini menciptakan valuation gap antar kategori saham, yang kemudian menutup kembali ketika inflasi mereda dan investor mulai kembali ke saham growth di 2023.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa valuation gap bersifat dinamis, tergantung siklus ekonomi dan arah kebijakan moneter global.
Kesimpulan
Valuation gap saham adalah peluang sekaligus peringatan bagi investor. Ketika harga saham terlalu jauh dari nilai wajarnya, pasar pada akhirnya akan menyesuaikan, baik melalui kenaikan harga bagi saham undervalued, maupun koreksi bagi yang overvalued.
Kuncinya adalah disiplin: lakukan analisis fundamental, perhatikan momentum pasar, dan gunakan strategi diversifikasi untuk meminimalkan risiko.
Dengan aplikasi Gotrade, kamu bisa memantau valuasi saham global secara real-time, membandingkan rasio antarperusahaan, dan berinvestasi langsung di saham-saham populer dengan biaya transaksi yang rendah.
Tertarik? Tap tombol di bawah untuk download aplikasinya dan mulai investasi!
FAQ
1. Apakah valuation gap bisa bertahan lama?
Bisa. Beberapa saham bisa tetap undervalued selama bertahun-tahun jika pasar belum menyadari potensinya atau kondisi makro belum mendukung.
2. Apakah semua saham undervalued pasti akan naik?
Tidak selalu. Valuasi rendah bisa disebabkan oleh fundamental yang melemah, bukan hanya karena sentimen negatif.
3. Bagaimana cara mengetahui nilai wajar saham?
Gunakan metode valuasi seperti Discounted Cash Flow (DCF), Comparable Company Analysis, atau Dividend Discount Model (DDM) untuk menghitung nilai intrinsik perusahaan.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











