Seiring waktu, komposisi portofolio investasi bisa berubah karena pergerakan harga aset. Jika dibiarkan, proporsi ini bisa menyimpang dari target awal dan mengubah tingkat risiko tanpa disadari. Di sinilah pentingnya memahami strategi rebalancing portofolio, cara sistematis untuk menjaga alokasi aset tetap sesuai rencana investasi jangka panjang.
Melalui rebalancing, investor dapat memastikan portofolio tetap seimbang antara potensi imbal hasil dan risiko. Artikel ini akan membahas berbagai strategi rebalancing, kapan waktu terbaik melakukannya, serta contoh penerapan yang praktis.
Mengenal Rebalancing Portofolio
Rebalancing portofolio adalah proses menyesuaikan kembali proporsi aset (seperti saham, obligasi, dan kas) agar sesuai dengan alokasi target yang sudah ditetapkan.
Misalnya, jika target awal adalah 70% saham dan 30% obligasi, namun saham naik signifikan hingga porsinya menjadi 80%, maka investor perlu menjual sebagian saham dan menambah obligasi agar kembali ke proporsi semula.
Melansir Morningstar, investor yang melakukan rebalancing secara teratur memiliki volatilitas portofolio 15–20% lebih rendah dibanding mereka yang tidak melakukan penyesuaian sama sekali.
Jenis-Jenis Strategi Rebalancing Portofolio
1. Rebalancing Periodik
Strategi paling umum adalah rebalancing berdasarkan waktu, misalnya setiap 6 bulan atau setahun sekali. Keunggulannya sederhana dan mudah diterapkan tanpa perlu terus memantau pasar. Namun, kelemahannya, strategi ini bisa terlalu lambat merespons perubahan pasar ekstrem.
Contoh: Seorang investor mereview portofolionya setiap akhir tahun untuk mengembalikan rasio saham 70% dan obligasi 30%.
2. Rebalancing Berdasarkan Ambang Batas (Threshold-Based)
Metode ini dilakukan saat penyimpangan alokasi melewati batas tertentu, misalnya ±5% dari target. Lebih fleksibel dibanding metode periodik karena bergantung pada dinamika pasar.
Contoh: Jika proporsi saham naik menjadi 77% (melewati batas +5% dari 70%), investor akan menjual sebagian saham untuk menyeimbangkan kembali.
Menurut Vanguard Research, metode threshold-based dapat memberikan hasil risk-adjusted return lebih baik dibandingkan periodik karena lebih adaptif terhadap volatilitas pasar.
3. Hybrid Method (Gabungan Periodik dan Threshold)
Strategi ini menggabungkan dua pendekatan sebelumnya. Investor memeriksa portofolio secara berkala (misalnya setiap 6 bulan), tetapi hanya melakukan rebalancing jika penyimpangan sudah melebihi ambang batas tertentu. Metode ini efisien karena mengurangi frekuensi transaksi sekaligus menjaga kontrol risiko.
4. Tactical Rebalancing
Pendekatan ini lebih aktif, di mana investor melakukan rebalancing berdasarkan pandangan makro atau kondisi ekonomi tertentu.
Misalnya, ketika suku bunga naik, investor mengurangi eksposur saham growth dan menambah aset defensif seperti ETF obligasi atau consumer staples.
Strategi ini cocok untuk investor berpengalaman yang memahami siklus ekonomi dan korelasi antar aset.
5. Volatility-Based Rebalancing
Strategi ini berfokus pada tingkat risiko, bukan alokasi persentase aset. Investor menyesuaikan portofolio berdasarkan volatilitas pasar, menambah aset berisiko saat volatilitas rendah dan menguranginya saat volatilitas tinggi.
Contoh: saat VIX Index meningkat tajam, investor mengurangi saham berisiko tinggi dan menambah cash position.
6. Cash Flow Rebalancing
Pendekatan ini dilakukan tanpa menjual aset, melainkan menggunakan arus kas baru (dividen, gaji, bonus) untuk mengembalikan komposisi portofolio.
Metode ini efisien karena meminimalkan biaya transaksi dan pajak.
Contoh: Alih-alih menjual saham, investor menempatkan tambahan dana ke obligasi agar komposisi kembali seimbang.
7. Constant Mix Strategy
Metode ini mempertahankan rasio tetap antara saham dan obligasi dengan cara membeli aset yang turun dan menjual yang naik.
Strategi ini memanfaatkan volatilitas pasar untuk membeli murah dan menjual mahal.
Namun, strategi ini bisa kurang efektif di pasar yang terus trending ke satu arah, karena sering kali menentang momentum.
Kapan Waktu Ideal untuk Melakukan Rebalancing
Tidak ada waktu yang pasti untuk rebalancing, tapi ada beberapa acuan umum:
- Periodik: Setiap 6–12 bulan.
- Threshold: Jika penyimpangan melebihi 5–10%.
- Peristiwa besar: Saat terjadi perubahan besar seperti kenaikan suku bunga, resesi, atau pergeseran tren ekonomi global.
Investor juga sebaiknya mempertimbangkan biaya transaksi dan pajak, karena terlalu sering rebalancing justru bisa menggerus return bersih.
Contoh Strategi Rebalancing Portofolio
Misalnya seorang investor memiliki portofolio awal senilai $10.000 dengan alokasi:
- 70% saham ($7.000)
- 30% obligasi ($3.000)
Setelah satu tahun, nilai saham naik menjadi $8.400, sementara obligasi tetap $3.000. Komposisi berubah menjadi 74% saham dan 26% obligasi.
Untuk rebalancing, investor menjual saham senilai $400 dan menambahkannya ke obligasi agar komposisi kembali ke 70:30.
Dengan begitu, risiko portofolio kembali sesuai rencana awal.
Kesimpulan
Melakukan strategi rebalancing portofolio secara rutin membantu menjaga keseimbangan antara risiko dan imbal hasil investasi. Baik dengan metode periodik, threshold-based, maupun pendekatan hybrid, tujuan utamanya tetap sama: memastikan portofolio bekerja sesuai tujuan jangka panjang.
Kunci utamanya adalah disiplin dan konsistensi. Jangan menunda rebalancing hanya karena euforia pasar. Gunakan Gotrade untuk mengelola portofolio globalmu, pantau pergerakan aset, dan kembangkan strategi yang sesuai dengan profil risikomu.
Investasi cerdas dimulai dari keseimbangan, dan semuanya bisa kamu dengan download dan investasi via Gotrade hari ini.
FAQ
1. Apakah rebalancing bisa menurunkan potensi return?
Dalam jangka pendek, iya, tapi dalam jangka panjang rebalancing membantu menjaga risiko dan menghindari kerugian besar saat pasar berbalik arah.
2. Seberapa sering sebaiknya saya melakukan rebalancing portofolio?
Idealnya setiap 6–12 bulan atau jika alokasi aset menyimpang lebih dari 5–10% dari target.
3. Apakah rebalancing dikenakan pajak?
Ya, jika melibatkan penjualan aset yang menghasilkan capital gain. Karena itu, strategi cash flow rebalancing bisa jadi alternatif efisien.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











