Pernah dengar istilah “jangan taruh semua telur di satu keranjang”? Dalam dunia investasi, itu bukan sekadar nasihat klasik, melainkan prinsip inti dari manajemen risiko. Salah satu kesalahan paling umum investor adalah membiarkan risk concentration atau konsentrasi risiko terjadi tanpa sadar.
Ketika seluruh portofolio terlalu bergantung pada satu sektor, aset, atau wilayah, potensi kerugian bisa meningkat drastis saat pasar berbalik arah.
Lalu, bagaimana cara mengukur risk concentration dan mengelolanya agar portofolio tetap sehat dan seimbang?
Apa Itu Risk Concentration
Risk concentration adalah kondisi ketika sebagian besar risiko dalam portofolio terkonsentrasi pada satu sumber, bisa berupa saham, sektor industri, jenis aset, atau wilayah geografis.
Melansir FINRA, konsentrasi risiko terjadi ketika korelasi antar aset terlalu tinggi, sehingga pergerakan pasar yang sama bisa memengaruhi sebagian besar posisi dalam portofolio.
Misalnya, jika 70% portofolio kamu berisi saham teknologi seperti Apple, NVIDIA, dan Microsoft, maka satu kejadian negatif di sektor teknologi bisa memicu penurunan besar di seluruh portofolio.
Risk concentration bisa muncul dari berbagai sumber, antara lain:
- Terlalu banyak posisi di sektor atau industri yang sama.
- Ketergantungan pada satu kelas aset, misalnya hanya saham tanpa obligasi atau ETF.
- Overweight pada satu wilayah, seperti hanya berinvestasi di AS tanpa diversifikasi global.
- Konsentrasi mata uang, di mana seluruh investasi didenominasi dalam satu kurs.
Cara Mengukur Risk Concentration
Mengetahui tingkat konsentrasi risiko tidak cukup dengan “perasaan”, perlu analisis kuantitatif agar hasilnya objektif. Berikut beberapa metodenya:
a. Herfindahl-Hirschman Index (HHI)
Digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi portofolio dengan menjumlahkan kuadrat proporsi setiap aset terhadap total nilai portofolio.
HHI = ∑(wi²)
Semakin tinggi nilainya (mendekati 1), semakin terkonsentrasi risiko portofolio tersebut.
Contoh: Jika kamu memiliki tiga saham masing-masing 60%, 25%, dan 15%, maka HHI = 0.6² + 0.25² + 0.15² = 0.425. Artinya, portofolio kamu tergolong sangat terkonsentrasi.
b. Korelasi antar aset
Jika pergerakan dua saham memiliki korelasi +0,9, berarti keduanya hampir selalu bergerak searah, memperbesar risiko sistemik saat pasar turun.
c. Value-at-Risk (VaR) per sektor atau aset
Dengan menghitung potensi kerugian maksimum tiap posisi, investor bisa mengetahui bagian mana dari portofolio yang paling berisiko.
Menurut Morningstar, portofolio dengan HHI di atas 0,25 atau korelasi antar aset di atas +0,8 perlu dikaji ulang karena rawan terhadap shock pasar.
Strategi Diversifikasi untuk Mengurangi Risk Concentration
Diversifikasi bukan hanya soal menambah jumlah saham, tetapi memastikan tiap aset memberikan kontribusi risiko yang berbeda. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:
a. Diversifikasi lintas sektor
Pastikan portofolio berisi kombinasi saham dari berbagai sektor seperti teknologi, kesehatan, energi, dan keuangan. Ketika satu sektor melemah, sektor lain dapat menahan dampaknya.
b. Gunakan ETF atau indeks global
ETF seperti S&P 500 ETF atau MSCI World ETF memberikan eksposur otomatis ke ratusan perusahaan di berbagai industri dan negara, sehingga risiko terkonsentrasi bisa ditekan.
c. Kombinasikan aset dengan korelasi rendah
Gabungkan saham dengan obligasi, komoditas, atau bahkan REIT (Real Estate Investment Trust) yang cenderung bergerak berbeda terhadap kondisi ekonomi.
d. Perhatikan porsi tiap posisi (position sizing)
Idealnya, tidak lebih dari 10% portofolio ditempatkan di satu saham atau instrumen tertentu.
e. Rebalancing secara berkala
Melakukan penyesuaian alokasi setiap 3–6 bulan membantu menjaga keseimbangan risiko. Saat satu aset tumbuh terlalu besar porsinya, sebagian keuntungannya bisa dipindahkan ke aset lain yang undervalued.
Dampak Negatif dari Risk Concentration
- Volatilitas portofolio meningkat: Karena korelasi antar aset tinggi, setiap pergerakan pasar bisa menyebabkan fluktuasi besar.
- Risiko kerugian sistemik: Jika seluruh sektor mengalami tekanan, seperti krisis perbankan atau crash teknologi, investor bisa kehilangan sebagian besar nilai portofolionya.
- Kurangnya fleksibilitas dalam rotasi aset: Portofolio yang terlalu fokus pada satu area sulit dimodifikasi tanpa menjual sebagian besar posisinya.
- Overconfidence bias: Investor yang terlalu percaya diri pada sektor tertentu sering menolak melakukan diversifikasi karena merasa “pasti benar”, padahal risiko tak terduga selalu ada.
Cara Menjaga Portofolio Tetap Seimbang
Investor profesional biasanya mengombinasikan pendekatan top-down, melihat tren makro dan sektor unggulan, dengan bottom-up, memilih saham individual dengan fundamental kuat.
Kuncinya adalah memahami korelasi antar aset, eksposur sektor, dan kontribusi risiko masing-masing posisi agar tidak terkonsentrasi di satu sisi.
Selain itu, gunakan alat pemantauan portofolio atau aplikasi investasi yang menyediakan fitur diversifikasi otomatis untuk menjaga keseimbangan secara real-time.
Kesimpulan
Risk concentration adalah salah satu sumber risiko terbesar dalam investasi, terutama bagi investor yang tidak sadar telah menumpuk eksposur pada aset atau sektor yang sama.
Dengan melakukan diversifikasi yang cerdas dan rebalancing rutin, kamu bisa menjaga portofolio tetap stabil meski pasar berubah cepat.
Mulai langkah diversifikasimu sekarang, download aplikasi Gotrade di Android dan iOS, lalu temukan cara paling mudah untuk membangun portofolio global yang seimbang, transparan, dan efisien.
FAQ
Apa itu risk concentration?
Risk concentration adalah kondisi di mana sebagian besar risiko portofolio berasal dari satu aset, sektor, atau wilayah tertentu.
Bagaimana cara mengukur konsentrasi risiko?
Gunakan metrik seperti Herfindahl-Hirschman Index (HHI), korelasi antar aset, atau Value-at-Risk (VaR) per posisi.
Apa yang terjadi jika portofolio terlalu terkonsentrasi?
Portofolio menjadi lebih volatil dan berisiko tinggi, karena satu kejadian negatif bisa berdampak besar terhadap keseluruhan nilai investasi.
Bagaimana strategi terbaik untuk mengurangi risk concentration?
Lakukan diversifikasi lintas sektor, gunakan ETF global, dan rebalancing berkala agar proporsi aset tetap seimbang.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.