Biasanya Operating Cash Flow (OCF) menunjukkan seberapa efektif bisnis menghasilkan uang tunai dari aktivitas utamanya. Ketika dibandingkan dengan kewajiban lancar, muncullah satu rasio penting, yakni Operating Cash Flow Ratio.
Rasio ini memberi gambaran apakah perusahaan memiliki kas yang cukup dari operasionalnya untuk menutupi utang jangka pendek tanpa harus bergantung pada pinjaman baru atau penjualan aset.
Melalui artikel ini, Gotrade akan menjelaskan definisi dan rumus Operating Cash Flow Ratio, cara menginterpretasikan hasilnya, serta contoh perusahaan dengan arus kas sehat yang menunjukkan efisiensi bisnis jangka panjang.
Definisi Operating Cash Flow Ratio
Operating Cash Flow Ratio (OCF Ratio) adalah ukuran likuiditas perusahaan yang membandingkan arus kas dari aktivitas operasi dengan kewajiban lancarnya.
Berbeda dari rasio lancar (current ratio) yang menggunakan aset non-kas seperti piutang atau persediaan, OCF Ratio fokus hanya pada uang tunai yang benar-benar masuk dari kegiatan operasional.
Rumus Operating Cash Flow Ratio:
OCF Ratio = Operating Cash Flow / Current Liabilities
Keterangan:
- Operating Cash Flow diperoleh dari laporan arus kas bagian aktivitas operasi.
- Current Liabilities adalah kewajiban jangka pendek seperti utang usaha, gaji, dan pajak yang harus dibayar dalam waktu setahun.
Mengutip Investopedia, rasio ini memberikan pandangan realistis tentang kemampuan perusahaan membayar kewajiban tanpa menjual aset atau mencari pendanaan eksternal.
Interpretasi Nilai Operating Cash Flow Ratio
1. Nilai > 1: Arus Kas Sehat
Jika rasio lebih besar dari 1, artinya perusahaan mampu menghasilkan kas operasi yang cukup untuk membayar semua kewajiban lancarnya.
Contohnya, jika OCF Ratio sebesar 1,5, berarti untuk setiap $1 kewajiban jangka pendek, perusahaan memiliki $1,50 dari kas operasi.
Perusahaan seperti Apple (AAPL) dan Microsoft (MSFT) umumnya memiliki OCF Ratio di atas 1, menandakan efisiensi tinggi dalam mengubah pendapatan menjadi kas riil.
2. Nilai = 1: Netral
Rasio di angka 1 menunjukkan perusahaan memiliki cukup kas operasi untuk membayar utang jangka pendeknya, tetapi tanpa margin keamanan tambahan.
Kondisi ini masih bisa diterima, terutama pada sektor yang bergantung pada arus kas musiman seperti ritel atau pariwisata.
3. Nilai < 1: Potensi Risiko Likuiditas
Jika nilai OCF Ratio di bawah 1, berarti perusahaan tidak mampu menutupi kewajiban jangka pendek dari kas operasional saja.
Ini bisa menjadi tanda peringatan bagi investor, terutama jika terjadi terus-menerus.
Contoh: Beberapa maskapai penerbangan seperti American Airlines (AAL) sempat mencatat OCF Ratio di bawah 1 saat pandemi, karena arus kas operasional anjlok sementara utang jangka pendek tetap tinggi.
Perbandingan dengan Rasio Likuiditas Lain
| Rasio | Fokus Utama | Kelebihan | Keterbatasan |
|---|---|---|---|
| Current Ratio | Total aset lancar vs kewajiban lancar | Mudah dihitung dari neraca | Tidak mencerminkan arus kas nyata |
| Quick Ratio | Kas + Piutang / Kewajiban lancar | Lebih konservatif dari Current Ratio | Tidak memperhitungkan arus kas operasional |
| Operating Cash Flow Ratio | Arus kas operasi / Kewajiban lancar | Menunjukkan kemampuan riil membayar utang dari bisnis utama | Bisa fluktuatif pada industri musiman |
Contoh Perusahaan dengan OCF Ratio Kuat
1. Apple Inc. (AAPL)
Berdasarkan laporan tahunan terakhir, Apple mencatat Operating Cash Flow sekitar $117 miliar dengan kewajiban lancar sekitar $135 miliar, menghasilkan OCF Ratio ~0,87.
Meski di bawah 1, perusahaan ini tetap sehat karena memiliki cadangan kas besar dan kemampuan menghasilkan cash flow konsisten setiap kuartal.
2. Johnson & Johnson (JNJ)
Sebagai perusahaan farmasi global, J&J mencatat OCF Ratio stabil di kisaran 1,2 – 1,4 selama lima tahun terakhir, menandakan kemampuan kuat dalam menjaga likuiditas meski menghadapi tekanan biaya riset tinggi.
3. Procter & Gamble (PG)
P&G yang bergerak di sektor barang konsumen memiliki OCF Ratio sekitar 1,5, menandakan bisnis yang solid dan arus kas operasional yang sangat stabil.
Melansir Morningstar, perusahaan dengan OCF Ratio di atas 1 selama beberapa tahun berturut-turut umumnya lebih tahan terhadap guncangan ekonomi, terutama saat suku bunga naik atau kredit mengetat.
Cara Menggunakan OCF Ratio dalam Analisis Saham
- Pantau tren tahunan: Rasio yang meningkat dari tahun ke tahun menandakan efisiensi operasional membaik.
- Bandingkan dengan kompetitor di industri yang sama: Misalnya, bandingkan OCF Ratio antara Coca-Cola (KO) dan PepsiCo (PEP) untuk menilai siapa yang lebih efisien dalam mengelola kas.
- Perhatikan sektor bisnis: Industri padat modal seperti manufaktur biasanya memiliki OCF Ratio lebih rendah daripada sektor jasa karena membutuhkan investasi besar di awal.
- Gunakan sebagai alat konfirmasi: OCF Ratio bisa dikombinasikan dengan margin laba atau debt-to-equity ratio untuk melihat keseimbangan antara profitabilitas dan kemampuan bayar.
Kesalahan Umum dalam Membaca OCF Ratio
- Mengabaikan fluktuasi musiman: Sektor seperti retail dan pariwisata bisa mencatat OCF rendah di kuartal tertentu tapi melonjak di akhir tahun.
- Tidak memperhatikan arus kas negatif sementara: Kadang perusahaan melakukan ekspansi besar yang menekan kas jangka pendek, padahal secara fundamental masih sehat.
- Membandingkan lintas industri tanpa konteks: Rasio ideal untuk sektor energi bisa sangat berbeda dari sektor teknologi.
Kesimpulan
Operating Cash Flow Ratio adalah salah satu indikator paling praktis untuk menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek menggunakan kas dari operasionalnya.
Rasio di atas 1 menunjukkan efisiensi dan kestabilan bisnis, sementara nilai di bawah 1 perlu dianalisis lebih dalam terkait sumber masalah arus kasnya.
Gunakan OCF Ratio bersama metrik lain seperti Current Ratio dan Debt Ratio agar analisis keuangan kamu lebih komprehensif.
Mulai eksplorasi saham global dan pelajari metrik fundamental penting lainnya lewat Gotrade, aplikasi investasi terbaik yang memudahkan kamu berinvestasi di pasar internasional secara aman serta transparan.
Unduh aplikasinya dengan tap di sini.
FAQ
1. Berapa OCF Ratio yang dianggap ideal?
Nilai ideal umumnya di atas 1, namun bisa berbeda antar industri. Sektor stabil seperti FMCG biasanya memiliki rasio lebih tinggi dibanding manufaktur.
2. Apakah OCF Ratio bisa negatif?
Bisa, jika arus kas operasi perusahaan negatif karena penjualan menurun atau biaya operasional meningkat drastis.
3. Apa bedanya OCF Ratio dengan Current Ratio?
Current Ratio menghitung total aset lancar (termasuk non-kas), sedangkan OCF Ratio fokus pada uang tunai nyata dari aktivitas operasional.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











