Banyak investor pemula terlalu fokus mengejar return tinggi, tetapi lupa menyiapkan satu hal paling penting dalam perencanaan keuangan: dana darurat.
Padahal, dana ini adalah fondasi utama yang menjaga stabilitas finansial, terutama saat pasar saham sedang bergejolak.
Sebelum berbicara soal strategi investasi atau diversifikasi portofolio, setiap orang perlu memastikan bahwa mereka mampu bertahan secara finansial ketika hal tak terduga terjadi.
Artikel ini akan membahas fungsi dana darurat, cara menghitung jumlah idealnya, tempat penyimpanannya, dan kesalahan umum yang sering dilakukan investor.
Fungsi Dana Darurat untuk Stabilitas Finansial
Dana darurat adalah uang yang disiapkan khusus untuk menghadapi keadaan tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, sakit, perbaikan rumah, atau kebutuhan keluarga mendesak.
Tujuannya sederhana, yaitu agar kamu tidak perlu menjual investasi di waktu yang salah hanya untuk memenuhi kebutuhan darurat.
Melansir Approved Financial Planners, dana darurat berfungsi sebagai "penyangga psikologis" yang mencegah investor panik ketika pasar turun.
Dengan adanya cadangan kas, kamu tidak perlu mencairkan saham saat nilainya sedang anjlok. Ini membantu menjaga strategi jangka panjang tetap berjalan.
Bagi investor saham, dana darurat juga berfungsi sebagai "penstabil risiko". Pasar saham bersifat volatil, sehingga memiliki dana cadangan membuat keputusan investasi lebih rasional dan tidak emosional.
Rumus Ideal: 3–6 Bulan Pengeluaran
Berapa besar dana darurat yang ideal? Rumus klasiknya adalah:
Dana Darurat = (Pengeluaran Bulanan) × (3–6 Bulan)
Namun angka ini bisa disesuaikan tergantung kondisi:
- 3 bulan → cocok untuk pekerja tetap dengan pendapatan stabil.
- 6 bulan → disarankan bagi pekerja lepas, wirausahawan, atau investor yang memiliki tanggungan keluarga.
- 9–12 bulan → ideal untuk mereka yang memiliki risiko penghasilan fluktuatif, seperti trader penuh waktu.
Contoh: Jika pengeluaran bulananmu Rp8 juta, maka dana darurat minimal yang perlu disiapkan berkisar antara Rp24 juta hingga Rp48 juta.
Menurut Money Smart, rumus 3–6 bulan ini bukan angka kaku, melainkan acuan awal yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan risiko hidup masing-masing.
Tempat Menyimpan Dana Darurat yang Likuid
Salah satu prinsip utama dana darurat adalah likuiditas. Uangnya harus mudah diakses kapan saja tanpa risiko penurunan nilai signifikan.
Beberapa pilihan tempat menyimpan dana darurat antara lain:
- Rekening tabungan terpisah: Aman, mudah diakses, dan bebas fluktuasi harga. Cocok untuk dana darurat jangka pendek.
- Deposito berjangka pendek: Pilihan bagi yang ingin sedikit imbal hasil lebih tinggi dibanding tabungan, tetapi tetap likuid (1–3 bulan tenor).
- Reksa dana pasar uang: Memberikan return lebih tinggi dari tabungan, namun tetap stabil dan bisa dicairkan kapan saja.
- E-wallet atau rekening digital berimbal hasil: Beberapa platform keuangan kini menawarkan bunga harian tanpa biaya administrasi. Namun, pastikan lembaganya diawasi oleh OJK.
Sebaliknya, hindari menyimpan dana darurat dalam saham, obligasi jangka panjang, atau aset kripto, karena volatilitas tinggi dapat membuat nilai dana berkurang saat dibutuhkan.
Kesalahan Umum: Mencampur dengan Dana Investasi
Salah satu kesalahan klasik yang sering dilakukan investor adalah mencampur dana darurat dengan dana investasi.
Ketika kedua dana ini berada di rekening yang sama, sulit untuk menahan diri agar tidak menggunakan dana cadangan untuk membeli saham baru.
Selain itu, dana investasi seharusnya berisiko, sedangkan dana darurat bersifat aman dan likuid.
Mencampurnya berarti kehilangan fungsi proteksi yang seharusnya dimiliki dana darurat.
Cara paling efektif untuk menghindarinya adalah dengan membuat rekening terpisah khusus dana darurat, sehingga uang tersebut benar-benar hanya digunakan saat kondisi mendesak.
Simulasi: Pengaruh Dana Darurat terhadap Risiko Investasi
Mari kita lihat simulasi sederhana:
Investor A memiliki total aset Rp100 juta dan dana darurat Rp40 juta (40%).
Investor B memiliki aset sama, tetapi tanpa dana darurat.
Ketika pasar saham turun 20%, Investor A masih memiliki cadangan kas yang bisa digunakan untuk biaya hidup tanpa harus menjual saham rugi.
Sementara Investor B terpaksa menjual sebagian portofolionya dalam kondisi pasar turun, memperparah kerugian.
Hasilnya? Investor A memiliki daya tahan finansial lebih baik dan bisa menunggu harga saham pulih.
Dalam jangka panjang, dana darurat yang cukup berperan penting dalam mempertahankan strategi investasi yang konsisten.
Kesimpulan
Bagi investor saham, dana darurat adalah fondasi sebelum berinvestasi, bukan pelengkap. Tanpa cadangan kas yang cukup, setiap guncangan pasar bisa berujung pada keputusan panik yang merugikan.
Pastikan kamu memiliki dana darurat yang memadai—3 sampai 6 bulan pengeluaran, disimpan di instrumen likuid, dan terpisah dari dana investasi.
Dengan begitu, kamu bisa fokus berinvestasi tanpa harus khawatir setiap kali pasar berfluktuasi. Jika dana daruratmu sudah terkumpul, maka kamu siap investasi saham hari ini.
Yuk, download aplikasi Gotrade untuk mulai investasi saham AS dengan modal $1 saja!
FAQ
1. Apakah dana darurat boleh disimpan di reksa dana?
Boleh, asalkan di reksa dana pasar uang, bukan di reksa dana saham atau campuran. Tujuannya agar dana tetap stabil dan mudah dicairkan.
2. Apa beda dana darurat dengan tabungan biasa?
Tabungan biasa digunakan untuk tujuan jangka pendek (liburan, gadget, dll.), sedangkan dana darurat khusus untuk keadaan tak terduga dan tidak boleh digunakan sembarangan.
3. Apakah dana darurat bisa digunakan untuk investasi saat pasar crash?
Sebaiknya tidak. Dana darurat bukan modal spekulasi, melainkan pelindung finansial. Gunakan hanya untuk kebutuhan mendesak, bukan peluang pasar.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











