Pernahkah kamu melihat dua obligasi dengan tenor sama tapi menawarkan imbal hasil (yield) yang berbeda? Selisih itulah yang disebut credit spread.
Indikator penting ini memberikan gambaran tentang tingkat risiko dan sentimen pasar terhadap penerbit obligasi.
Bagi investor yang tertarik pada fixed income seperti obligasi korporasi, memahami credit spread bisa menjadi alat vital untuk menilai stabilitas ekonomi dan potensi keuntungan relatif terhadap risiko.
Simak pemaparan selengkapnya dari Gotrade berikut ini.
Apa Itu Credit Spread?
Credit spread adalah selisih imbal hasil (yield) antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah dengan tenor yang sama.
Melansir Investopedia, perbedaan ini mencerminkan premi risiko yang diminta investor karena obligasi korporasi dianggap lebih berisiko dibanding obligasi pemerintah yang hampir bebas risiko (risk-free).
Contoh sederhana:
- Yield obligasi pemerintah AS (Treasury 10 tahun): 3%
- Yield obligasi korporasi dengan rating BBB: 5%
Maka, credit spread = 5% – 3% = 2% (200 basis poin).
Artinya, investor menuntut tambahan 2% imbal hasil untuk menanggung risiko gagal bayar (default risk) dari perusahaan tersebut.
Bagaimana Credit Spread Mengindikasikan Kondisi Pasar
Credit spread tidak hanya mengukur risiko individual suatu perusahaan, tetapi juga mencerminkan kondisi makro dan sentimen pasar secara keseluruhan.
a. Credit spread melebar (widening spread)
Menandakan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap risiko ekonomi atau potensi gagal bayar. Biasanya terjadi saat:
- Terjadi gejolak pasar atau resesi global.
- Likuiditas menurun karena investor beralih ke aset aman (flight to safety).
- Ada lonjakan suku bunga yang membuat pembiayaan korporasi lebih mahal.
Sebagai contoh, pada masa krisis finansial 2008, credit spread untuk obligasi korporasi melonjak tajam karena investor kehilangan kepercayaan terhadap sektor keuangan.
b. Credit spread menyempit (tightening spread)
Menunjukkan kepercayaan investor yang meningkat dan kondisi ekonomi yang stabil. Biasanya terjadi ketika:
- Pertumbuhan ekonomi positif.
- Risiko gagal bayar menurun.
- Pasar sedang dalam fase risk-on, di mana investor lebih berani mengambil risiko demi imbal hasil lebih tinggi.
Menurut Moody’s Analytics, pergerakan credit spread sering kali menjadi indikator awal (leading indicator) terhadap perubahan siklus ekonomi, melebar sebelum resesi dan menyempit menjelang pemulihan.
Faktor yang Mempengaruhi Credit Spread
Beberapa faktor utama yang memengaruhi besar kecilnya credit spread antara lain:
- Kredit rating penerbit obligasi: Obligasi dengan rating rendah (high yield atau junk bonds) memiliki credit spread lebih tinggi dibanding investment grade.
- Kondisi ekonomi makro: Saat inflasi tinggi atau suku bunga naik, investor cenderung lebih berhati-hati, sehingga spread melebar.
- Likuiditas pasar: Obligasi yang jarang diperdagangkan atau memiliki volume kecil cenderung memiliki spread lebih besar karena risikonya sulit dihitung secara real-time.
- Ekspektasi terhadap kebijakan moneter: Keputusan Federal Reserve atau bank sentral lain dapat memengaruhi persepsi risiko kredit secara keseluruhan.
- Permintaan investor terhadap obligasi tertentu: Jika permintaan meningkat (misalnya karena pencarian yield di tengah suku bunga rendah), maka spread bisa menyempit.
Kenapa Credit Spread Penting Bagi Investor
Mengetahui credit spread membantu investor untuk:
- Menilai risiko kredit relatif antar perusahaan atau sektor: Misalnya, jika perusahaan energi memiliki spread lebih tinggi dari sektor teknologi, artinya pasar menilai sektor energi lebih berisiko saat itu.
- Membaca arah pasar obligasi: Spread yang melebar bisa jadi sinyal untuk bersikap defensif atau mengurangi eksposur terhadap aset berisiko.
- Menentukan waktu masuk ke pasar: Investor yang membeli saat spread terlalu lebar bisa mendapatkan potensi capital gain saat spread kembali menyempit (karena harga obligasi naik).
- Membandingkan peluang investasi lintas aset: Dengan mengetahui spread, investor bisa menentukan apakah imbal hasil tambahan layak dibandingkan risikonya, terutama jika dibandingkan dengan saham atau instrumen lain.
Menurut Bloomberg Fixed Income Report, perubahan 100 basis poin dalam credit spread dapat memengaruhi total return obligasi hingga 5–10%, tergantung tenor dan durasinya, sehingga pemantauan rutin menjadi hal wajib.
Kesimpulan
Credit spread adalah alat penting untuk memahami keseimbangan antara risiko dan imbal hasil dalam investasi obligasi.
Spread yang melebar menandakan meningkatnya risiko pasar, sementara spread yang menyempit menunjukkan optimisme dan kestabilan ekonomi.
Bagi investor, memahami pergerakan credit spread bisa membantu mengambil keputusan yang lebih cerdas, baik dalam memilih obligasi individu maupun membaca arah pasar secara keseluruhan.
Mulailah belajar membaca indikator keuangan seperti profesional. Manfaatkan credit spread untuk membuat keputusan investasi yang lebih tepat di Gotrade.
Download aplikasinya sekarang juga di Android dan iOS! Nikmati pengalaman investasi global yang transparan, aman, dan mudah diakses.
FAQ
Apa itu credit spread dalam obligasi?
Credit spread adalah selisih imbal hasil antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah dengan tenor sama, mencerminkan premi risiko yang diminta investor.
Kenapa credit spread bisa melebar?
Karena meningkatnya risiko ekonomi, kekhawatiran pasar, atau penurunan kepercayaan terhadap kemampuan bayar perusahaan.
Apakah credit spread bisa digunakan untuk memprediksi resesi?
Ya, karena spread biasanya melebar sebelum periode ekonomi melemah dan menyempit ketika ekonomi mulai pulih.
Bagaimana investor bisa memanfaatkan credit spread?
Investor dapat membeli obligasi atau ETF obligasi saat spread melebar, untuk mendapatkan potensi keuntungan ketika pasar kembali stabil dan spread menyempit.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.