Dalam dunia investasi, tidak ada portofolio yang selalu naik tanpa henti. Setiap investor pasti pernah mengalami penurunan nilai aset, dan salah satu cara terbaik untuk mengukurnya adalah melalui drawdown maksimum.
Indikator ini membantu menilai seberapa besar penurunan dari puncak tertinggi ke titik terendah dalam periode tertentu. Dengan memahami drawdown maksimum, kamu bisa menilai seberapa tahan portofoliomu terhadap fluktuasi pasar.
Artikel ini akan membahas rumus menghitung drawdown maksimum, cara menginterpretasikan hasilnya, serta strategi manajemen risiko agar performa portofolio tetap terjaga di tengah volatilitas pasar.
Mengenal Apa Itu Drawdown Maksimum
Drawdown maksimum (Maximum Drawdown / MDD) adalah metrik yang mengukur penurunan terbesar dari nilai portofolio tertinggi ke nilai terendah sebelum kembali naik. Dengan kata lain, indikator ini menunjukkan kerugian terburuk yang bisa terjadi selama periode investasi.
Melansir Investopedia, drawdown maksimum menjadi ukuran penting dalam mengevaluasi risiko portofolio dan kestabilan performa investasi. Investor profesional menggunakannya untuk membandingkan risiko antar strategi atau produk investasi.
Contoh: Jika portofolio kamu sempat naik ke $100.000, lalu turun menjadi $75.000 sebelum naik lagi, maka drawdown maksimum = (100.000 – 75.000) / 100.000 = 25%.
Rumus Menghitung Drawdown Maksimum
Secara matematis, drawdown maksimum dapat dihitung dengan rumus:
Drawdown Maksimum = (Nilai Puncak Tertinggi – Nilai Terendah Berikutnya) / Nilai Puncak Tertinggi × 100%
Langkah-langkah menghitungnya:
- Identifikasi titik puncak (peak) tertinggi dari portofolio.
- Catat penurunan terendah (trough) sebelum portofolio naik kembali.
- Hitung selisih antara peak dan trough, lalu bagi dengan nilai peak.
Contoh Kasus Menghitung Maximum Drawdown
Misalkan portofolio investor memiliki nilai:
- Januari: $50.000
- Maret: $70.000 (peak)
- Juni: $49.000 (trough)
- September: $72.000 (recovery)
Maka:
MDD = (70.000 - 49.000) / 70.000 = 0,30 = 30%
Artinya, selama periode tersebut, portofolio mengalami penurunan maksimum sebesar 30% dari nilai puncaknya.
Interpretasi Drawdown Maksimum
Mengetahui angka drawdown saja tidak cukup; kamu perlu memahami artinya terhadap profil risikomu.
- MDD < 10%: Risiko rendah, cocok untuk investor konservatif.
- MDD 10–25%: Risiko sedang, umum untuk portofolio terdiversifikasi.
- MDD > 25%: Risiko tinggi, biasanya terkait dengan saham atau aset volatil seperti kripto.
Drawdown besar belum tentu buruk, selama waktu pemulihannya (recovery time) tidak terlalu lama. Namun, jika portofolio butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih, itu tanda manajemen risikonya perlu diperbaiki.
Menurut analisis dari Corporate Finance Institute, portofolio yang mengalami drawdown besar tapi pulih cepat cenderung memiliki struktur aset yang sehat dan disiplin alokasi modal.
Strategi Manajemen Risiko untuk Mengurangi Drawdown
1. Diversifikasi aset
Menempatkan investasi di berbagai kelas aset (saham, obligasi, emas, reksa dana) dapat menurunkan risiko total portofolio.
Ketika satu aset turun, yang lain bisa menahan nilai. Diversifikasi antar sektor dan negara juga penting untuk mengurangi dampak volatilitas regional.
2. Gunakan stop loss dan position sizing
Tentukan batas kerugian maksimum sebelum membuka posisi. Misalnya, batasi risiko maksimal 2% per transaksi agar satu posisi rugi tidak menggerus seluruh portofolio. Position sizing membantu menyeimbangkan alokasi modal sesuai volatilitas tiap aset.
3. Terapkan rebalancing berkala
Lakukan rebalancing portofolio setiap beberapa bulan untuk mengembalikan proporsi aset sesuai profil risiko.
Jika saham naik terlalu tinggi dibanding obligasi, jual sebagian untuk menjaga keseimbangan.
Pelajari lebih jauh frekuensi dan cara rebalancing berkala dalam artikel ini.
4. Pantau volatilitas pasar
Gunakan indikator seperti Beta, Sharpe Ratio, atau Value at Risk (VaR) untuk menilai potensi fluktuasi aset.
Dengan begitu, kamu bisa menyesuaikan strategi sebelum risiko drawdown membesar. Kenali apa itu Sharpe Ratio dan bagaimana cara memanfaatkannya di artikel ini.
5. Gunakan pendekatan berbasis data
Amati tren historis drawdown aset yang kamu pegang. Misalnya, jika ETF tertentu rata-rata mengalami MDD 20% setiap krisis besar, maka alokasikan porsi sesuai toleransi risikomu.
Melansir Financial Edge Training, investor yang rutin mengevaluasi MDD dan drawdown recovery lebih mampu mempertahankan portofolio dalam jangka panjang dibanding mereka yang hanya fokus pada return.
Kesimpulan
Drawdown maksimum adalah metrik penting untuk mengukur risiko sebenarnya dari portofolio investasi. Dengan memahami seberapa besar penurunan nilai yang bisa terjadi dan berapa lama waktu pemulihannya, kamu bisa menilai ketahanan strategi investasimu secara objektif.
Gunakan drawdown sebagai alarm dini untuk menjaga keseimbangan risiko dan potensi imbal hasil. Mulailah berinvestasi dengan disiplin bersama Gotrade, dan bangun portofolio global yang tangguh menghadapi volatilitas pasar.
Unduh aplikasi Gotrade dengan klik di sini, mulai investasi dengan strategi yang lebih terkendali dan terukur!
FAQ
1. Apakah drawdown maksimum sama dengan kerugian realisasi?
Tidak. Drawdown hanya mencatat penurunan nilai sementara sebelum portofolio pulih, bukan kerugian aktual yang sudah direalisasi.
2. Apakah drawdown bisa dihindari sepenuhnya?
Tidak bisa, karena semua pasar bersifat fluktuatif. Namun, dengan diversifikasi dan manajemen risiko yang baik, dampaknya bisa diminimalkan.
3. Berapa batas drawdown ideal untuk portofolio sehat?
Idealnya di bawah 20%, tergantung profil risiko dan horizon waktu investasi.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











