Banyak trader fokus pada pergerakan indeks utama seperti S&P 500 atau IHSG tanpa menyadari bahwa di balik kenaikan indeks, sebagian besar saham bisa saja justru melemah. Di sinilah pentingnya market breadth, indikator yang menilai seberapa "sehat" atau kuat tren pasar sebenarnya.
Dengan memahami market breadth, kamu bisa membedakan apakah tren bullish benar-benar solid karena didukung banyak saham, atau hanya ditopang segelintir saham besar.
Artikel ini akan membahas fungsi utama market breadth, cara membaca sinyal divergensi, dan strategi entry yang bisa digunakan trader cerdas.
Mengenal Market Breadth
Market breadth adalah indikator yang mengukur jumlah saham yang naik versus yang turun dalam suatu indeks atau bursa. Tujuannya adalah untuk melihat partisipasi pasar secara keseluruhan, bukan hanya kinerja beberapa saham besar yang mendominasi indeks.
Menurut Investopedia, indikator ini membantu trader menilai kekuatan tren: semakin banyak saham yang bergerak searah dengan indeks, semakin sehat tren tersebut. Sebaliknya, jika hanya sedikit saham yang menopang kenaikan indeks, pasar berisiko kehilangan momentum.
Beberapa bentuk market breadth yang umum digunakan antara lain:
- Advance-Decline Line (A/D Line)
- Advance-Decline Ratio (ADR)
- New Highs–New Lows Index
- McClellan Oscillator
Fungsi Market Breadth dalam Analisis Pasar
Mengonfirmasi Tren Utama
Market breadth membantu memverifikasi apakah tren naik atau turun benar-benar valid. Misalnya, jika IHSG naik tetapi jumlah saham yang turun lebih banyak daripada yang naik, maka kenaikan tersebut rapuh.
Mengidentifikasi Pembalikan Tren Lebih Awal
Breadth yang melemah saat indeks masih naik bisa menjadi tanda divergensi negatif, sinyal bahwa tren bullish mulai kehilangan tenaga.
Menilai Sentimen Pasar Secara Umum
Breadth yang luas (mayoritas saham naik) menunjukkan optimisme pasar. Sebaliknya, breadth sempit (hanya saham besar yang naik) menunjukkan selektivitas investor dan potensi koreksi.
Meningkatkan Akurasi Entry dan Exit
Dengan menggabungkan market breadth dan analisis volume, trader bisa menentukan kapan saat terbaik untuk masuk atau keluar posisi sesuai kekuatan tren.
Jenis-Jenis Market Breadth Indicator
1. Advance-Decline Line (A/D Line)
Indikator paling populer untuk mengukur breadth. Rumusnya cukup sederhana:
A/D Line = (Jumlah Saham Naik) - (Jumlah Saham Turun)
Nilai tersebut dijumlahkan secara kumulatif dari waktu ke waktu.
Interpretasi:
- Jika A/D Line naik bersama indeks: tren bullish kuat dan sehat.
- Jika indeks naik tapi A/D Line menurun: divergensi negatif (tanda tren melemah).
- Jika indeks turun tapi A/D Line naik: divergensi positif (potensi reversal).
Contoh: Melansir Bloomberg (2024), pada awal tahun 2022, indeks S&P 500 sempat naik ke level tertinggi baru, namun A/D Line sudah menurun sejak Desember 2021. Hasilnya, koreksi besar terjadi beberapa minggu kemudian, contoh klasik divergensi negatif.
2. Breadth Ratio (Advance-Decline Ratio)
Rasio ini membandingkan jumlah saham naik dengan yang turun.
Rumus:
Breadth Ratio = (Jumlah Saham Naik) / (Jumlah Saham Turun)
Interpretasi:
- Nilai > 1 menandakan mayoritas saham naik (bullish).
- Nilai < 1 menandakan mayoritas saham turun (bearish).
- Rasio ekstrem (>3 atau <0,3) sering diikuti koreksi jangka pendek karena kondisi pasar terlalu jenuh.
Trader dapat menggunakan Breadth Ratio bersama indikator momentum (RSI atau MACD) untuk melihat apakah pasar sudah terlalu overbought atau oversold.
3. McClellan Oscillator
Indikator ini lebih kompleks karena mengukur perbedaan antara rata-rata jangka pendek dan panjang dari A/D Line.
Fungsinya:
- Memberikan sinyal momentum jangka pendek terhadap kekuatan pasar secara keseluruhan.
- Nilai positif: tekanan beli meningkat.
- Nilai negatif: tekanan jual dominan.
Indikator ini banyak digunakan trader profesional karena lebih sensitif terhadap perubahan sentimen pasar.
Cara Membaca Sinyal Divergensi pada Market Breadth
Divergensi antara indeks dan indikator breadth sering menjadi tanda awal perubahan arah tren.
Divergensi Positif
Terjadi saat indeks mencetak harga lebih rendah, tetapi indikator breadth justru naik. Artinya, tekanan jual mulai melemah, sinyal potensi reversal bullish.
Divergensi Negatif
Terjadi saat indeks mencetak harga lebih tinggi, tetapi breadth melemah. Ini berarti hanya sebagian kecil saham yang menopang kenaikan, sinyal tren naik melemah dan berisiko koreksi.
Contoh praktis: IHSG naik 1,5% dalam seminggu, tetapi A/D Line justru menurun karena lebih banyak saham yang turun.
Dalam kasus ini, investor sebaiknya berhati-hati karena kenaikan indeks tidak didukung partisipasi luas.
Strategi Menggunakan Market Breadth untuk Entry
Gunakan Breadth untuk Konfirmasi Tren
Entry hanya saat tren harga dan breadth searah. Hindari entry ketika indeks naik tetapi breadth menurun.
Kombinasikan dengan Indikator Volume
Volume besar yang disertai kenaikan breadth menunjukkan kekuatan tren yang valid.
Perhatikan Rasio Ekstrem
Jika Breadth Ratio mencapai nilai ekstrem (>3 atau <0,3), sebaiknya menunggu retracement sebelum entry baru.
Gunakan Timeframe Lebih Luas
Analisis breadth di timeframe harian dan mingguan untuk memastikan tren jangka pendek mendukung arah jangka panjang.
Kesimpulan
Market breadth adalah kunci untuk memahami apakah pergerakan pasar benar-benar kuat atau hanya didorong oleh sebagian kecil saham besar. Dengan membaca indikator seperti Advance-Decline Line dan Breadth Ratio, trader bisa mengonfirmasi tren, mengenali divergensi lebih awal, dan menentukan waktu entry dengan lebih presisi.
Gunakan data breadth bersama analisis teknikal dan sentimen makro agar keputusan trading kamu lebih solid dan objektif. Mulailah analisis pasar global lewat Gotrade, dan pelajari tren secara lebih menyeluruh dari saham-saham utama dunia.
Bangun strategi trading yang lebih cerdas dan berbasis data, mulai dari Gotrade sekarang!
FAQ
1. Apakah market breadth hanya berlaku untuk indeks besar seperti S&P 500?
Tidak. Breadth bisa diterapkan di berbagai pasar, termasuk IHSG atau sektor tertentu seperti saham teknologi atau energi.
2. Seberapa sering indikator breadth perlu dipantau?
Trader aktif biasanya memeriksa indikator breadth harian, sementara investor jangka panjang cukup memantau tren mingguan.
3. Apakah divergensi breadth selalu diikuti pembalikan harga?
Tidak selalu, tetapi divergensi adalah sinyal awal yang kuat akan perubahan momentum, apalagi jika didukung data volume dan volatilitas.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











