Pernah melihat harga saham turun sedikit lalu justru naik lebih tinggi setelahnya? Fenomena ini sering dimanfaatkan oleh trader profesional dengan strategi buy on weakness, yaitu membeli saham ketika harga sedang melemah, tetapi masih dalam tren naik jangka menengah atau panjang.
Strategi ini tidak sekadar "beli saat turun", melainkan membaca momentum koreksi sehat di dalam tren yang masih positif.
Artikel ini akan menjelaskan apa itu buy on weakness, bedanya dengan buy the dip, indikator teknikal yang sering digunakan, serta contoh penerapannya pada saham global.
Pengertian Buy on Weakness
Buy on weakness adalah strategi membeli saham ketika harganya mengalami penurunan sementara di dalam tren naik (uptrend).
Tujuannya adalah mendapatkan harga yang lebih baik sebelum harga melanjutkan kenaikan berikutnya.
Melansir Investopedia, buy on weakness biasanya digunakan oleh investor yang percaya fundamental perusahaan masih kuat, tetapi harga sedang terkoreksi karena faktor jangka pendek, seperti aksi ambil untung (profit taking) atau sentimen pasar sesaat.
Intinya, buy on weakness berarti membeli kelemahan dalam kekuatan, bukan mengejar tren yang sudah terlalu tinggi.
Perbedaan Buy on Weakness dan Buy the Dip
Sekilas mirip, namun dua strategi ini memiliki konteks dan psikologi berbeda.
Aspek | Buy on Weakness | Buy the Dip |
---|---|---|
Konteks Pasar | Dalam tren naik yang masih kuat | Sering kali setelah penurunan tajam atau pasar bearish |
Tujuan | Masuk di koreksi kecil dalam tren naik | Membeli harga rendah setelah penurunan besar |
Pendekatan | Lebih konservatif dan berbasis tren | Lebih spekulatif, mengandalkan pemulihan cepat |
Risiko | Lebih rendah, karena tren utama masih mendukung | Lebih tinggi, karena bisa jadi tren turun belum selesai |
Jadi, buy on weakness adalah versi lebih disiplin dan trend-following dari buy the dip.
Indikator Teknis untuk Strategi Buy on Weakness
Trader tidak asal beli ketika harga turun; ada beberapa indikator teknikal utama yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi momentum koreksi sehat:
- Moving Average (MA) Support
Harga yang terkoreksi ke area support dinamis seperti 50-day atau 100-day moving average sering dijadikan area beli potensial. Jika harga memantul dari garis MA dengan volume meningkat, itu pertanda tekanan beli mulai kembali. - Relative Strength Index (RSI)
RSI digunakan untuk mendeteksi kondisi jenuh jual (oversold). Biasanya, level RSI antara 30–40 menunjukkan peluang buy on weakness, asalkan tren utama masih naik. - Volume Analysis
Koreksi harga dengan volume rendah biasanya dianggap sehat, karena menandakan tidak ada tekanan jual besar. Sebaliknya, jika volume tinggi saat turun, sinyalnya lemah untuk buy on weakness. - Fibonacci Retracement
Beberapa trader menggunakan retracement level 38,2% hingga 61,8% sebagai zona potensial untuk masuk posisi beli setelah koreksi sementara.
Kombinasi indikator tren dan volume dapat meningkatkan akurasi strategi ini karena membantu membedakan koreksi sehat dari pembalikan tren yang sebenarnya.
Contoh Penerapan Buy on Weakness
Sebagai ilustrasi, ambil contoh saham Apple (AAPL). Dalam tren naik jangka panjang, harga AAPL sering terkoreksi 5–8% karena rilis laporan pendapatan atau perubahan sentimen makro.
Namun, ketika koreksi tersebut mencapai area support MA-50 dan RSI turun ke kisaran 40, harga biasanya kembali naik dalam beberapa minggu berikutnya.
Investor jangka menengah yang disiplin menggunakan strategi buy on weakness bisa memanfaatkan momen tersebut untuk masuk posisi di harga yang lebih rendah tanpa melawan tren utama.
Tips Praktis Menggunakan Strategi Buy on Weakness
Berikut beberapa panduan penting agar strategi ini lebih efektif:
- Pastikan tren utama naik. Jangan gunakan strategi ini di pasar bearish.
- Gunakan level teknikal, bukan feeling. Tentukan area beli berdasarkan indikator objektif seperti MA, Fibonacci, atau RSI.
- Tentukan batas risiko (stop loss). Koreksi bisa berubah jadi tren turun; disiplin risiko tetap wajib.
- Kombinasikan dengan analisis fundamental. Pastikan saham yang kamu beli masih memiliki prospek jangka panjang yang kuat.
Buy on weakness paling efektif jika dikombinasikan dengan position sizing yang cermat dan manajemen risiko ketat.
Kesimpulan
Buy on weakness adalah strategi membeli saham saat mengalami koreksi kecil di dalam tren naik, langkah yang lebih terukur dibanding "buy the dip". Dengan bantuan indikator teknikal dan disiplin eksekusi, investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan potensi keuntungan tanpa menanggung risiko berlebihan.
Kalau kamu ingin menerapkan strategi seperti ini secara lebih efisien, lebih bijak saat beli saham AS lewat aplikasi yang tepercaya dan praktis, yaitu Gotrade.
Dengan Gotrade, kamu bisa memantau tren, volume, dan level teknikal saham global dalam satu platform yang mudah digunakan. Tap di sini untuk download aplikasinya dan buat akun investasimu sekarang!
FAQ
Apa itu buy on weakness?
Strategi beli saham ketika harga terkoreksi sementara dalam tren naik jangka menengah atau panjang.
Apa bedanya buy on weakness dengan buy the dip?
Buy on weakness mengikuti tren yang masih kuat, sedangkan buy the dip sering kali dilakukan setelah penurunan tajam tanpa konfirmasi tren.
Indikator apa yang bisa membantu strategi buy on weakness?
Beberapa indikator umum antara lain moving average, RSI, volume, dan Fibonacci retracement.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.