Setiap trader pasti pernah membuat keputusan berdasarkan perasaan, bukan logika. Inilah yang disebut bias emosi trading, kesalahan berpikir yang muncul karena pengaruh psikologis saat berhadapan dengan uang, risiko, dan ketidakpastian pasar.
Memahami bias ini penting agar kamu bisa membuat keputusan lebih rasional, terutama di tengah volatilitas pasar yang tinggi.
Nah, Gotrade akan membantu kamu mengenali jenis-jenis bias dalam psikologi trading, mengapa itu terjadi, dan bagaimana cara mengatasinya agar performa trading tetap konsisten.
Bias Emosi dalam Trading
Dalam dunia behavioral finance, bias emosi adalah distorsi mental yang membuat trader bereaksi berlebihan terhadap keuntungan atau kerugian.
Alih-alih mengikuti strategi objektif, banyak trader justru dikuasai oleh ketakutan, keserakahan, atau penyesalan.
Melansir Investopedia, bias emosional sering kali menjadi penyebab utama trader gagal, bahkan lebih berpengaruh daripada analisis teknikal atau fundamental yang salah.
Bias ini tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, tapi bisa dikendalikan dengan kesadaran dan disiplin.
Bias emosi muncul karena pasar saham melibatkan ketidakpastian tinggi. Saat menghadapi potensi rugi, otak manusia memicu reaksi stres, sama seperti saat menghadapi bahaya fisik.
Ini yang membuat trader sering panik, menutup posisi terlalu cepat, atau justru menahan rugi terlalu lama.
Jenis-Jenis Bias Emosi yang Umum Terjadi
1. Loss Aversion – Takut Rugi Berlebihan
Loss aversion adalah kecenderungan manusia untuk lebih takut kehilangan uang daripada senang mendapatkan keuntungan. Dalam trading, bias ini sering membuat seseorang:
- Enggan cut loss meski tren jelas berbalik arah.
- Menahan posisi rugi terlalu lama dengan harapan harga akan pulih.
- Menjual saham untung terlalu cepat untuk “mengunci profit.”
Cara mengatasinya:
- Tentukan stop loss sebelum entry dan patuhi batas itu tanpa kompromi.
- Gunakan position sizing agar kerugian kecil tidak memicu stres besar.
- Lihat trading sebagai proses probabilitas, bukan benar atau salah.
Menurut Corporate Finance Institute, trader profesional justru fokus pada seberapa baik mereka mengelola risiko, bukan seberapa sering mereka benar.
2. Anchoring Bias – Terjebak pada Harga Awal
Anchoring bias terjadi ketika trader terlalu terpaku pada harga acuan tertentu, seperti harga beli pertama, dan menganggap nilai tersebut sebagai “harga wajar.”
Efeknya:
- Trader menolak menjual di bawah harga beli karena dianggap “rugi.”
- Tidak mau membeli lagi meski fundamental membaik karena harga sudah “naik terlalu tinggi.”
Contoh: Kamu membeli saham A di Rp3.000. Saat turun ke Rp2.500, kamu menolak cut loss karena merasa “pasti balik ke harga awal.” Padahal, kondisi fundamental perusahaan sudah memburuk.
Cara mengatasinya:
- Fokus pada data terbaru, bukan harga masa lalu.
- Gunakan analisis teknikal dan laporan keuangan sebagai dasar keputusan.
- Gunakan trailing stop untuk menyesuaikan strategi dengan pergerakan harga aktual.
3. FOMO (Fear of Missing Out) – Takut Ketinggalan Tren
FOMO adalah bias paling umum di era media sosial dan komunitas trading. Saat melihat orang lain untung besar, banyak trader langsung masuk pasar tanpa analisis matang.
Tanda-tanda kamu terkena FOMO:
- Beli saham hanya karena “semua orang sedang beli.”
- Entry setelah harga naik tinggi karena takut ketinggalan momentum.
- Tidak sabar menunggu setup valid.
Cara mengatasinya:
- Gunakan trading plan dengan kriteria entry yang jelas.
- Batasi paparan media sosial atau grup sinyal saham.
- Selalu tanya diri sendiri: “Apakah ini keputusan logis atau impulsif?”
FOMO bisa menjadi pemicu overtrading, yang berujung pada kelelahan mental dan kerugian jangka panjang.
4. Confirmation Bias – Mencari Pembenaran, Bukan Kebenaran
Bias ini membuat trader hanya mencari informasi yang mendukung pandangannya dan mengabaikan data yang bertentangan.
Misalnya, hanya membaca berita positif tentang saham yang dimiliki, padahal laporan keuangan menunjukkan tanda bahaya.
Cara mengatasinya:
- Aktif mencari opini berlawanan (contrarian view).
- Gunakan checklist objektif sebelum entry: tren, volume, dan sentimen pasar.
- Latih diri untuk menerima fakta bahwa opini pribadi bisa salah.
Trader sukses bukan yang selalu benar, tapi yang cepat mengakui kesalahan dan menyesuaikan strategi.
5. Overconfidence Bias – Terlalu Percaya Diri Setelah Profit
Bias ini sering muncul setelah serangkaian kemenangan. Trader merasa “sudah paham pasar” dan mulai mengambil risiko lebih besar. Akibatnya:
- Posisi terlalu besar tanpa perhitungan.
- Abaikan manajemen risiko.
- Tidak disiplin dengan stop loss.
Cara mengatasinya:
- Tetapkan aturan risiko tetap, meskipun sedang untung besar.
- Evaluasi performa trading bulanan secara objektif.
- Gunakan jurnal trading untuk melacak pola kesalahan.
Overconfidence adalah penyebab utama kehilangan modal pada trader yang baru merasakan profit konsisten dalam 3–6 bulan pertama.
Cara Praktis Mengontrol Emosi Saat Trading
- Tulis trading plan sebelum eksekusi. Cantumkan alasan entry, target profit, dan level cut loss. Jika salah satu poin tidak terpenuhi, jangan buka posisi.
- Gunakan aturan 5 detik. Saat ingin entry impulsif, hitung mundur lima detik untuk memberi waktu berpikir rasional.
- Batasi risiko per transaksi. Risiko maksimal 1–2% dari modal per posisi membantu menjaga kestabilan mental.
- Gunakan jurnal trading. Catat hasil, emosi, dan keputusan setiap transaksi untuk refleksi.
- Latih mindfulness. Trader yang mampu menjaga kesadaran saat pasar volatile lebih mampu bertindak logis di bawah tekanan.
Kesimpulan
Menghindari bias emosi trading bukan berarti menekan perasaan, tapi belajar mengenal dan mengelolanya. Dengan memahami jenis bias seperti loss aversion, anchoring, dan FOMO, kamu bisa mengambil keputusan trading dengan lebih rasional dan terukur.
Bangun kebiasaan disiplin, gunakan data objektif, dan manfaatkan Gotrade untuk menganalisis saham global secara real-time.
Dengan strategi dan mindset yang benar, kamu bisa trading lebih tenang dan konsisten di setiap kondisi pasar. Makanya, yuk, download Gotrade apps di Android atau iOS sekarang!
FAQ
1. Apakah bias emosi bisa dihilangkan sepenuhnya?
Tidak, tapi bisa dikendalikan dengan kesadaran, latihan disiplin, dan evaluasi rutin.
2. Apakah trader profesional juga mengalami bias emosi?
Ya, bahkan trader profesional pun bisa terpengaruh emosi, tetapi mereka memiliki sistem untuk mengendalikannya.
3. Apa langkah pertama untuk mengurangi pengaruh bias?
Gunakan trading plan tertulis dan patuhi aturan risiko dengan disiplin setiap kali entry posisi.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











