Bagi investor dan trader yang ingin memahami hubungan antara pergerakan saham dan pasar secara keseluruhan, konsep beta adjustment sangat penting untuk dipahami.
Indikator ini membantu menilai seberapa sensitif suatu saham terhadap perubahan pasar, sekaligus menyesuaikan nilai risiko ketika volatilitas meningkat atau menurun.
Makanya, melansir Investopedia, penyesuaian beta digunakan oleh banyak manajer investasi profesional untuk mengantisipasi perubahan perilaku pasar, terutama saat volatilitas ekstrem seperti pada masa pandemi atau krisis likuiditas.
Apa Itu Beta Adjustment?
Beta adjustment adalah metode untuk menyesuaikan nilai beta saham (ukuran risiko relatif terhadap pasar) berdasarkan perubahan volatilitas atau korelasi terbaru.
Secara umum, beta mengukur seberapa besar pergerakan harga saham dibandingkan dengan indeks acuannya (misalnya S&P 500).
- Beta = 1 → saham bergerak searah dan sekuat pasar
- Beta > 1 → saham lebih volatil dari pasar, cocok untuk trader agresif
- Beta < 1 → saham lebih stabil, cocok untuk investor defensif.
Namun, karena kondisi pasar selalu berubah, nilai beta historis bisa jadi tidak relevan lagi. Di sinilah konsep beta adjustment membantu menghasilkan estimasi risiko yang lebih akurat.
Mengapa Beta Perlu Disesuaikan?
Nilai beta tidak statis karena volatilitas dan korelasi pasar bisa berubah seiring waktu. Ketika pasar bergejolak, hubungan antara saham dan indeks acuan sering kali menguat, menyebabkan beta efektif naik. Sebaliknya, saat pasar tenang, beta bisa menurun.
Contohnya terjadi pada tahun 2020. Selama pandemi COVID-19, volatilitas pasar melonjak tajam dan korelasi antar saham meningkat.
Banyak perusahaan yang sebelumnya dianggap defensif justru menunjukkan beta lebih tinggi dari biasanya.
Menurut Morningstar Research, penyesuaian beta membantu manajer portofolio memperkirakan risiko aktual di lingkungan pasar yang berubah cepat, sehingga keputusan alokasi aset bisa lebih adaptif.
Cara Menghitung Beta Adjustment
Perhitungan beta adjustment bisa dilakukan dengan dua pendekatan umum:
1. Penyesuaian Berdasarkan Mean Reversion
Metode ini mengasumsikan bahwa nilai beta jangka panjang akan cenderung kembali ke 1,0 seiring waktu. Rumusnya:
Adjusted Beta = (0,67 × Raw Beta) + (0,33 × 1,00)
Contoh: Jika sebuah saham memiliki beta historis 1,5, maka:
Adjusted Beta = (0,67 × 1,5) + (0,33 × 1,0) = 1,33.
Artinya, setelah penyesuaian, risiko saham tersebut sedikit diturunkan agar mencerminkan kecenderungan pasar jangka panjang.
2. Penyesuaian Berdasarkan Volatilitas Pasar
Metode ini menyesuaikan beta dengan rasio volatilitas terkini antara saham dan indeks acuannya:
Adjusted Beta = Beta × (Volatilitas Saham Saat Ini ÷ Volatilitas Pasar Saat Ini)
Jika volatilitas saham naik lebih cepat dibanding pasar, beta-nya akan otomatis meningkat, menunjukkan risiko relatif yang lebih tinggi.
Pendekatan ini sering digunakan oleh quant analyst dan manajer risiko untuk memperbarui beta secara real-time menggunakan data rolling window (misalnya 90 hari).
Kapan Beta Adjustment Perlu Dilakukan?
Penyesuaian beta tidak selalu wajib dilakukan setiap saat. Namun, ada kondisi tertentu di mana revisi ini menjadi penting:
1. Saat Volatilitas Pasar Meningkat Drastis
Perubahan besar di pasar global seperti krisis ekonomi, perang, atau kebijakan suku bunga ekstrem membuat beta historis menjadi kurang relevan.
2. Ketika Struktur Industri Berubah
Jika sektor perusahaan berubah drastis (misalnya dari manufaktur ke teknologi), pola pergerakan saham terhadap pasar juga ikut bergeser, sehingga beta perlu dikalibrasi ulang.
3. Setelah Perubahan Fundamental Perusahaan
Merger, akuisisi, atau restrukturisasi besar dapat mengubah profil risiko perusahaan.
Beta yang disesuaikan akan memberikan gambaran baru terhadap sensitivitas saham tersebut terhadap pasar.
4. Dalam Model Manajemen Risiko Portofolio
Manajer portofolio yang menerapkan Value at Risk (VaR) atau Risk Parity Model biasanya memperbarui beta secara berkala agar alokasi portofolio tetap sesuai dengan target risiko.
Contoh Aplikasi Nyata
Misalkan portofolio kamu terdiri dari dua saham:
- Saham A (teknologi) dengan beta historis 1,6.
- Saham B (consumer staples) dengan beta 0,8.
Namun, selama periode volatilitas tinggi, hasil perhitungan rolling beta menunjukkan:
- Saham A → naik menjadi 1,9.
- Saham B → naik menjadi 1,1.
Setelah penyesuaian, kamu bisa memutuskan untuk mengurangi posisi di saham A dan menambah posisi di saham B demi menjaga total risiko portofolio tetap stabil.
Pendekatan ini membantu portofolio tetap seimbang meski pasar sedang berubah cepat.
Kelebihan dan Keterbatasan Beta Adjustment
Kelebihan:
- Lebih akurat mencerminkan risiko terkini.
- Berguna untuk pengelolaan portofolio dinamis.
- Membantu menghindari underestimation risiko saat volatilitas naik.
Keterbatasan:
- Mengandalkan data historis yang tetap bisa menyesatkan jika pasar berubah ekstrem.
- Perhitungannya lebih kompleks dibanding beta statis.
- Tidak selalu relevan untuk saham dengan pergerakan non-korelasi tinggi (seperti saham sektor niche).
Kesimpulan
Beta adjustment membantu investor menilai risiko saham dengan lebih realistis di kondisi pasar yang terus berubah.
Dengan menyesuaikan beta secara dinamis, kamu bisa menjaga eksposur portofolio tetap sesuai dengan toleransi risiko, terutama saat volatilitas meningkat tajam.
Yuk, kembangkan portofolio di aplikasi investasi saham terbaik! Unduh Gotrade apps via Android serta iOS sekarang juga untuk kelola investasi dengan lebih akurat!
FAQ
1. Apa perbedaan beta adjustment dan raw beta biasa?
Raw beta dihitung dari data historis, sedangkan beta adjustment menyesuaikan nilai tersebut dengan kondisi volatilitas dan korelasi pasar terbaru.
2. Apakah beta adjustment cocok untuk semua saham?
Tidak selalu. Saham kecil dengan likuiditas rendah atau pergerakan non-korelasi tinggi sering kali tidak akurat diukur menggunakan beta.
3. Seberapa sering investor perlu memperbarui nilai beta?
Idealnya setiap kuartal atau ketika volatilitas pasar berubah signifikan agar estimasi risiko tetap relevan.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.











