Pernah merasa yakin bahwa saham pilihanmu pasti akan naik, lalu mencari semua berita yang mendukung keyakinan itu sambil mengabaikan analisis yang bertentangan? Itulah contoh nyata dari confirmation bias.
Bias ini sering terjadi tanpa disadari, bahkan pada investor berpengalaman. Saat pasar sedang naik, banyak orang hanya fokus pada berita positif dan mengabaikan risiko tersembunyi.
Sebaliknya, ketika pasar sedang turun, investor cenderung memperkuat rasa takutnya dengan hanya membaca opini negatif.
Berdasarkan behavioral finance, fenomena ini menjadi perhatian serius karena dapat menyebabkan investor kehilangan objektivitas dalam memilih saham, menentukan waktu masuk (entry timing), hingga menilai valuasi.
Lalu, bagaimana sebenarnya bias ini bekerja dan mengapa bisa begitu berbahaya bagi strategi investasi jangka panjang? Simak pembahasan lebih dalam di bawah ini.
Apa Itu Confirmation Bias?
Confirmation bias adalah kecenderungan seseorang untuk hanya mencari, menafsirkan, atau mengingat informasi yang mendukung pandangan atau keyakinan yang sudah dimiliki, sambil mengabaikan bukti yang berlawanan.
Dalam konteks behavioral finance, bias ini bisa membuat investor berpikir seolah-olah analisanya benar, padahal ia hanya memilih data yang "menenangkan hati".
Mengutip Simply Put Psych, bias ini muncul karena otak manusia berusaha mencari konsistensi dan kenyamanan dalam pengambilan keputusan, terutama di bawah tekanan.
Bagaimana Confirmation Bias Mempengaruhi Investasi
a. Pemilihan informasi yang selektif
Investor cenderung membaca artikel atau riset yang mendukung saham yang mereka miliki. Misalnya, seseorang yang punya saham Tesla akan lebih sering mencari berita positif tentang kendaraan listrik dan mengabaikan laporan keuangan yang menunjukkan penurunan margin.
b. Mengabaikan sinyal peringatan
Ketika harga saham mulai turun, investor yang terjebak bias ini bisa menolak realita dan terus "menambah posisi" karena yakin pasar hanya bereaksi berlebihan.
c. Overconfidence dan pengambilan risiko berlebihan
Bias ini memperkuat rasa percaya diri palsu, membuat investor berpikir bahwa analisis mereka pasti benar, tanpa mempertimbangkan faktor eksternal atau pandangan berbeda.
Melansir CFA Institute Journal Review, investor yang sering mengabaikan data kontradiktif cenderung memiliki performa portofolio yang lebih rendah, terutama dalam pasar yang volatil.
Contoh Nyata Confirmation Bias di Pasar Saham
Salah satu contoh klasik adalah gelembung saham teknologi awal 2000-an.
Banyak investor hanya fokus pada narasi "internet akan mengubah dunia" dan mengabaikan fakta bahwa banyak perusahaan dot-com belum memiliki model bisnis berkelanjutan.
Akibatnya, ketika gelembung pecah, ribuan investor kehilangan sebagian besar modalnya hanya karena mengabaikan sinyal peringatan yang sudah jelas.
Hal yang sama sering terjadi di era media sosial, di mana komunitas trading memperkuat keyakinan tertentu tanpa memeriksa validitas data.
Cara Menghindari Confirmation Bias
- Cari data yang berlawanan dengan pandanganmu. Secara aktif baca analisis yang menentang posisi kamu. Jika tetap yakin setelah menelaahnya, maka keputusanmu lebih kuat secara objektif.
- Gunakan checklist sebelum membeli saham. Tuliskan alasan pro dan kontra sebelum membuat keputusan. Jika daftar "pro" jauh lebih banyak tanpa dasar kuat, itu tanda bias sedang bekerja.
- Gunakan data kuantitatif, bukan opini. Fokus pada angka objektif seperti earnings growth, cash flow, dan valuasi (P/E ratio). Data ini sulit dimanipulasi oleh emosi.
- Berdiskusi dengan investor lain yang berpandangan berbeda. Diskusi sehat membantu melihat blind spot dalam analisismu. Kadang, pendapat berlawanan justru membuka sudut pandang baru.
- Gunakan alat analisis otomatis. Platform modern seperti Gotrade menyediakan akses langsung ke data saham global, yang bisa membantu kamu menilai performa saham tanpa bias subjektif.
Dampak Confirmation Bias dalam Jangka Panjang
Jika dibiarkan, bias ini bisa menghambat diversifikasi portofolio, membuat investor menahan saham rugi terlalu lama, dan menyebabkan kegagalan membaca sinyal perubahan tren pasar.
Investor sukses bukan yang selalu benar, tetapi yang terbuka pada data baru dan siap mengubah pandangan ketika fakta berubah.
Kesimpulan
Confirmation bias bisa membuat investor jatuh ke dalam perangkap keyakinan pribadi, alih-alih mengikuti logika dan data.
Dengan mengenal bias ini, kamu bisa mengambil keputusan investasi yang lebih objektif dan berbasis analisis, bukan emosi.
Hindari bias ini saat trading lewat Gotrade, aplikasi investasi global yang membantumu mengakses data saham, ETF, dan options secara transparan dan bebas dari pengaruh opini pasar sesaat.
Unduh aplikasinya di Android dan iOS, lalu muncul trading dengan bijaksana serta strategi yang tepat sekarang juga!
FAQ
Apa perbedaan confirmation bias dengan anchoring bias?
Confirmation bias berfokus pada mencari bukti yang memperkuat keyakinan, sementara anchoring bias membuat seseorang terlalu bergantung pada informasi awal, seperti harga beli pertama.
Apakah investor profesional juga bisa terkena confirmation bias?
Ya. Bahkan analis berpengalaman pun dapat terpengaruh, terutama jika terlalu yakin dengan model atau asumsi yang mereka gunakan.
Bagaimana cara melatih diri agar lebih objektif saat trading?
Gunakan pendekatan berbasis data, evaluasi performa portofolio secara berkala, dan disiplin terhadap strategi yang sudah ditetapkan.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.