7 Langkah Menghitung Nilai Intrinsik Saham dengan Model DCF Sederhana

Mengetahui apakah sebuah saham tergolong murah atau mahal tidak cukup hanya dengan melihat harganya. Yang lebih penting adalah memahami nilai intrinsik saham, yaitu berapa nilai sebenarnya dari bisnis tersebut berdasarkan potensi arus kas di masa depan.

Salah satu metode paling populer untuk menghitungnya adalah Discounted Cash Flow (DCF). Model ini digunakan oleh analis profesional di seluruh dunia untuk memperkirakan nilai wajar saham dengan mendiskon proyeksi arus kas ke nilai saat ini.

Dalam artikel ini, Gotrade akan menjelaskan langkah demi langkah cara menghitung nilai intrinsik menggunakan model DCF sederhana, lengkap dengan rumus, contoh, dan cara interpretasinya agar kamu bisa menilai saham secara lebih rasional.

Mengenal Discounted Cash Flow

Discounted Cash Flow (DCF) adalah metode valuasi yang menghitung nilai wajar suatu perusahaan berdasarkan proyeksi free cash flow (FCF) di masa depan yang didiskon ke nilai saat ini menggunakan tingkat diskonto tertentu (discount rate).

Secara konsep, nilai sebuah saham adalah jumlah seluruh uang yang bisa dihasilkan perusahaan di masa depan, dikonversi ke nilai hari ini.

Melansir Investopedia, DCF menjadi alat penting dalam valuasi saham karena membantu mengukur potensi fundamental suatu bisnis, bukan sekadar tren harga pasar.

Rumus Dasar DCF

Nilai Wajar (Intrinsic Value) = āˆ‘t=1n FCFt / (1 + r)t + TV / (1 + r)n

Keterangan:

  • FCFt = Free Cash Flow tahun ke-t
  • r = tingkat diskonto (discount rate), biasanya WACC atau expected return
  • TV = Terminal Value (nilai sisa setelah proyeksi tahun ke-n)
  • n = jumlah tahun proyeksi

7 Langkah Menghitung Nilai Intrinsik Saham

1. Proyeksikan Free Cash Flow (FCF)

Langkah pertama adalah memperkirakan arus kas bebas perusahaan selama beberapa tahun ke depan (biasanya 5–10 tahun).

Gunakan data historis dari laporan arus kas untuk menghitung rata-rata pertumbuhan tahunan.

Contoh: Jika FCF tahun terakhir sebesar Rp1 triliun dan rata-rata pertumbuhan 8%, maka FCF tahun depan = Rp1,08 triliun.

2. Tentukan Tingkat Diskonto (Discount Rate)

Tingkat diskonto mencerminkan tingkat pengembalian yang diharapkan investor atas risiko investasi tersebut.

Biasanya dihitung dari Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau menggunakan pendekatan sederhana seperti:

Discount Rate = Risk-free Rate + Equity Risk Premium

Sebagai ilustrasi, jika suku bunga bebas risiko (obligasi pemerintah) 6% dan premi risiko pasar 5%, maka r = 11%.

3. Diskon Setiap FCF ke Nilai Saat Ini

Setiap FCF di masa depan perlu dikonversi ke nilai sekarang:

PV(FCF) = FCFt / (1 + r)t

Contoh: Jika FCF tahun pertama Rp1,08 triliun dan r = 11%, maka PV = Rp972 miliar.

4. Hitung Terminal Value (TV)

Karena perusahaan diharapkan terus beroperasi setelah periode proyeksi, kita perlu menghitung nilai sisa (TV) menggunakan rumus:

TV = FCFn+1 / (r - g)

di mana g adalah tingkat pertumbuhan jangka panjang (biasanya 2–3% untuk perusahaan stabil).

Contoh: Jika FCF tahun ke-5 = Rp1,5 triliun, r = 11%, g = 3%, maka TV = Rp19,31 triliun.

5. Jumlahkan Semua Nilai Sekarang

Gabungkan PV semua FCF dan PV dari Terminal Value untuk mendapatkan total nilai perusahaan (Enterprise Value):

EV = āˆ‘PV(FCF) + PV(TV)

Misalnya, total PV seluruh arus kas = Rp5,8 triliun dan PV TV = Rp12 triliun, maka EV = Rp17,8 triliun.

6. Kurangi Utang dan Tambahkan Kas

Untuk mendapatkan nilai ekuitas (Equity Value), kurangi total utang perusahaan dari Enterprise Value dan tambahkan kas yang tersedia.

Equity Value = EV - Total Debt + Cash

Jika utang Rp2 triliun dan kas Rp1 triliun, maka Equity Value = Rp16,8 triliun.

7. Hitung Nilai Intrinsik per Saham

Terakhir, bagi total nilai ekuitas dengan jumlah saham beredar untuk mendapatkan nilai intrinsik per saham:

Intrinsic Value per Share = Equity Value / Shares Outstanding

Jika ada 1 miliar saham beredar, maka nilai intrinsik per saham = Rp16.800.

Jika harga pasar saat ini Rp12.000, saham tersebut bisa dikategorikan undervalued.

Contoh Sederhana: Ilustrasi Ringkas

KomponenNilai (Rp triliun)
PV Total FCF (5 tahun)5.8
PV Terminal Value12.0
Total Enterprise Value17.8
Minus Utang + Kas-1.0
Nilai Ekuitas16.8
Saham Beredar1 miliar
Nilai Intrinsik per SahamRp16.800

Hasilnya menunjukkan potensi kenaikan sekitar 40% dibanding harga pasar Rp12.000, yang merupakan indikasi bahwa saham ini layak dikaji lebih lanjut.

Melansir CFI, perbedaan antara nilai intrinsik dan harga pasar sering kali menciptakan peluang terbaik untuk investor jangka panjang yang sabar.

Kelebihan dan Keterbatasan Model DCF

Kelebihan:

  • Fokus pada nilai fundamental perusahaan.
  • Mempertimbangkan arus kas aktual, bukan sekadar laba akuntansi.
  • Cocok untuk analisis jangka panjang.

Keterbatasan:

  • Sangat sensitif terhadap asumsi (pertumbuhan & discount rate).
  • Tidak cocok untuk perusahaan yang belum menghasilkan arus kas stabil.
  • Membutuhkan data historis dan proyeksi yang realistis.

Kesimpulan

Menghitung nilai intrinsik saham dengan metode Discounted Cash Flow (DCF) membantu investor memahami nilai riil sebuah bisnis berdasarkan potensi arus kasnya di masa depan.

Meski terlihat rumit, model DCF sederhana dapat memberikan pandangan objektif apakah suatu saham masih layak beli atau sudah overvalued.

Gunakan metode ini secara disiplin, kombinasikan dengan analisis fundamental dan makroekonomi, serta jangan hanya bergantung pada harga pasar.

Bangun portofolio berbasis nilai dengan berinvestasi di saham global lewat aplikasi Gotrade. Download di sini!

FAQ

1. Apakah DCF cocok untuk semua jenis saham?

Tidak. DCF lebih cocok untuk perusahaan dengan arus kas stabil seperti sektor consumer goods, energi, atau perbankan.

2. Berapa tahun ideal untuk proyeksi DCF?

Biasanya 5–10 tahun, tergantung kestabilan bisnis dan kemampuan memprediksi pertumbuhan.

3. Apakah nilai intrinsik pasti benar?

Tidak ada angka pasti. Nilai intrinsik adalah estimasi yang tergantung asumsi. Namun, semakin realistis datanya, semakin akurat hasilnya.

Disclaimer

PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.


Related Articles

AppLogo

Gotrade