Untuk menjadi investor yang profesional, kamu perlu memahami indikator keuangan saham, alat utama dalam analisis fundamental yang membantu menilai kualitas dan valuasi suatu perusahaan.
Indikator keuangan ibarat ‘cek kesehatan’ perusahaan. Dengan memahami rasionya, kamu bisa membedakan mana saham yang hanya populer sesaat dan mana yang benar-benar punya fondasi bisnis kuat.
Dalam artikel ini, Gotrade akan membahas 7 indikator keuangan penting yang wajib kamu ketahui untuk menilai performa perusahaan, menaksir valuasi saham, dan mengambil keputusan investasi lebih cerdas.
1. Return on Equity (ROE)
ROE (Return on Equity) mengukur seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba dari modal pemegang saham.
ROE = Laba Bersih / Ekuitas
Semakin tinggi ROE, semakin efektif perusahaan menggunakan modal investornya untuk mencetak profit.
Melansir Investopedia, ROE ideal umumnya di atas 15% untuk perusahaan mapan. Namun, angka optimal bisa berbeda tergantung sektor.
Contoh: Jika perusahaan memiliki laba Rp150 miliar dan ekuitas Rp1 triliun, maka ROE = 15%.
Artinya, setiap Rp1 modal pemegang saham menghasilkan Rp0,15 laba per tahun.
Gunanya: Investor menggunakan ROE untuk membandingkan efisiensi antarperusahaan di sektor yang sama, atau memantau kestabilan profitabilitas dari waktu ke waktu.
2. Return on Assets (ROA)
ROA (Return on Assets) menunjukkan seberapa efektif perusahaan memanfaatkan seluruh asetnya untuk menghasilkan laba.
ROA = Laba Bersih / Total Aset
Jika ROE menilai efisiensi dari sudut pemegang saham, ROA melihatnya dari sisi total aset operasional.
Interpretasi:
- ROA tinggi → perusahaan produktif, asetnya menghasilkan laba besar.
- ROA rendah → bisa berarti perusahaan menumpuk aset tidak produktif atau memiliki margin tipis.
Contoh: Sektor perbankan umumnya punya ROA rendah (2–3%) karena aset besar berupa kredit dan investasi, sementara sektor FMCG bisa mencapai 10% atau lebih.
3. Price to Earnings Ratio (P/E Ratio)
P/E Ratio adalah salah satu rasio keuangan paling populer untuk menilai valuasi saham.
P/E = Harga Saham / Earnings per Share (EPS)
Rasio ini menunjukkan berapa kali lipat investor bersedia membayar untuk setiap rupiah laba perusahaan.
Interpretasi:
- P/E tinggi → pasar berekspektasi pertumbuhan laba tinggi (sering pada saham teknologi).
- P/E rendah → saham undervalued, tapi perlu waspada apakah karena prospek labanya menurun.
Contoh: Jika harga saham Rp5.000 dan EPS Rp250, maka P/E = 20x. Artinya, kamu membayar Rp20 untuk setiap Rp1 laba perusahaan.
Gunanya: Digunakan dalam analisis fundamental untuk membandingkan valuasi antarperusahaan dalam sektor yang sama.
4. Debt to Equity Ratio (DER)
DER (Debt to Equity Ratio) mengukur seberapa besar ketergantungan perusahaan terhadap utang dibanding modal sendiri.
DER = Total Utang / Total Ekuitas
Interpretasi:
- DER < 1 → struktur modal sehat, utang masih terkendali.
- DER > 2 → perusahaan cenderung agresif dan berisiko saat suku bunga naik.
Melansir Morningstar, investor konservatif biasanya menghindari perusahaan dengan DER terlalu tinggi kecuali sektor tertentu seperti perbankan atau telekomunikasi yang wajar menggunakan leverage besar.
5. Current Ratio
Current Ratio adalah indikator likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aset lancar.
Current Ratio = Aset Lancar / Liabilitas Lancar
Interpretasi:
- 1 → aset lancar cukup untuk menutup utang jangka pendek.
- < 1 → potensi masalah likuiditas, perusahaan bisa kesulitan memenuhi kewajiban saat jatuh tempo.
Namun, angka terlalu tinggi juga bisa menandakan aset tidak dimanfaatkan dengan efisien.
Contoh: Jika perusahaan memiliki aset lancar Rp500 miliar dan utang lancar Rp300 miliar, maka current ratio = 1,67 — tergolong sehat.
6. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin mengukur seberapa besar porsi laba bersih dibanding total pendapatan.
NPM = Laba Bersih / Pendapatan
Interpretasi:
- NPM tinggi → efisiensi biaya dan margin laba kuat.
- NPM rendah → persaingan ketat atau biaya operasional tinggi.
Contoh: Jika pendapatan Rp2 triliun dan laba bersih Rp200 miliar, maka NPM = 10%. Artinya, dari setiap Rp1 pendapatan, perusahaan menghasilkan Rp0,10 laba bersih.
Melansir Investopedia, investor menggunakan margin ini untuk menilai daya saing dan efisiensi operasional antarperusahaan dalam sektor yang sama.
7. Earnings per Share (EPS)
EPS (Earnings per Share) adalah laba bersih per lembar saham, salah satu indikator keuangan saham paling langsung dalam analisis valuasi.
EPS = (Laba Bersih - Dividen Saham Preferen) / Jumlah Saham Beredar
EPS membantu investor melihat seberapa banyak keuntungan yang dihasilkan untuk tiap saham yang dimiliki.
Interpretasi: EPS yang tumbuh stabil dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja keuangan solid. Investor sering menjadikan tren EPS sebagai sinyal pertumbuhan laba jangka panjang.
Cara Menggunakan Indikator Keuangan Untuk Valuasi Saham
Menggabungkan indikator-indikator ini membantu investor memahami tiga aspek utama perusahaan:
- Profitabilitas (ROE, ROA, NPM) – seberapa efisien perusahaan mencetak laba.
- Struktur dan risiko (DER, Current Ratio) – seberapa sehat posisi keuangannya.
- Valuasi dan pertumbuhan (P/E, EPS) – apakah harga saham mencerminkan kinerja sebenarnya.
Investor yang melakukan analisis fundamental biasanya menilai seluruh indikator secara menyeluruh, bukan hanya satu rasio.
Misalnya, saham dengan ROE tinggi tapi DER juga tinggi bisa berarti pertumbuhan laba berasal dari utang, bukan efisiensi.
Kesimpulan
Memahami indikator keuangan saham adalah fondasi utama untuk jadi investor cerdas. Dengan menganalisis rasio seperti ROE, ROA, P/E, DER, hingga NPM, kamu bisa menilai apakah perusahaan efisien, sehat, dan layak dibeli dari sisi fundamental.
Jangan hanya tergoda tren harga. Bangun keputusan investasi berdasarkan data dan logika.
Yuk, mulai analisis saham favoritmu dengan indikator keuangan ini lewat Gotrade, aplikasi investasi saham AS terbaik yang memungkinkan kamu belajar fundamental sambil berinvestasi mulai dari Rp15.000 saja.
Unduh aplikasinya dengan klik tautan ini.
FAQ
1. Apa itu indikator keuangan saham?
Indikator keuangan saham adalah rasio dan metrik yang digunakan untuk menilai kesehatan, profitabilitas, dan valuasi perusahaan.
2. Apa indikator terbaik untuk menilai perusahaan bagus?
ROE dan NPM sering digunakan karena menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba secara efisien.
3. Apakah rasio keuangan bisa digunakan untuk menentukan harga wajar saham?
Ya, dengan menggabungkan rasio seperti P/E dan EPS, investor bisa memperkirakan apakah saham overvalued atau undervalued.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures adalah Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.




