Untuk benar-benar memahami kinerja investasi, kamu perlu memahami berbagai cara perhitungan return saham, mulai dari simple return hingga CAGR (Compound Annual Growth Rate).
Saat ini juga banyak investor pemula mengira bahwa menghitung keuntungan saham hanya sebatas "harga jual dikurangi harga beli".
Makanya, memahami cara menghitung return juga penting agar kamu bisa membandingkan hasil investasi saham dengan instrumen lain seperti reksa dana atau deposito.
Dengan begitu, keputusan finansialmu akan lebih objektif, bukan sekadar berdasarkan asumsi.
Rumus Menghitung Return Saham
Secara sederhana, return saham menunjukkan seberapa besar keuntungan atau kerugian yang kamu peroleh dalam periode tertentu.
Rumus dasar return saham:
Return = (Pt - P0 + D) / P0 × 100%
Keterangan:
- Pt = harga saham akhir periode
- P0 = harga saham awal periode
- D = dividen per saham
Contoh: Kamu membeli saham seharga Rp5.000 dan menjualnya setahun kemudian di Rp5.800, serta menerima dividen Rp200 per saham. Maka:
Return = (5.800 - 5.000 + 200) / 5.000 × 100% = 20%
Artinya, kamu mendapatkan total return sebesar 20% dalam setahun, termasuk dividen.
Menghitung CAGR (Compound Annual Growth Rate)
CAGR menunjukkan rata-rata pertumbuhan tahunan investasi selama periode tertentu, memperhitungkan efek compounding.
Rumus CAGR:
CAGR = (Pt / P0)1/n - 1
Keterangan:
- n = jumlah tahun investasi
Contoh: Jika saham naik dari Rp5.000 menjadi Rp8.000 dalam 3 tahun, maka:
CAGR = (8.000 / 5.000)1/3 - 1 = 16.9%
Artinya, investasi tersebut tumbuh rata-rata 16,9% per tahun selama 3 tahun.
Melansir Investopedia, CAGR dianggap metrik yang lebih akurat daripada return tahunan biasa karena mencerminkan pertumbuhan riil yang terakumulasi setiap tahun.
Perbandingan Return Saham vs Reksa Dana vs Deposito
Setiap instrumen investasi memiliki karakteristik dan tingkat risiko berbeda. Berikut ilustrasi perbandingan rata-rata return tahunan:
| Instrumen | Potensi Return Tahunan | Risiko |
|---|---|---|
| Saham | 10–15% (tergantung pasar dan saham) | Tinggi |
| Reksa Dana Campuran | 6–10% | Sedang |
| Deposito | 3–5% | Rendah |
Data mengacu pada tren pasar 5 tahun terakhir (sumber: OJK & Morningstar Indonesia). Jadi, potensi return hingga risiko dapat berubah sewaktu-waktu.
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa saham menawarkan potensi imbal hasil paling tinggi, namun juga dengan fluktuasi yang lebih besar.
Sementara reksa dana dan deposito cocok bagi investor konservatif yang mencari stabilitas.
Cara Membaca Return Tahunan dan Kumulatif
Return Tahunan (Annualized Return)
Mengukur performa investasi setiap tahun, membantu membandingkan dengan aset lain.
Contoh: Return tahunan 12% berarti nilai portofoliomu rata-rata naik 12% setiap tahun.
Return Kumulatif (Cumulative Return)
Menunjukkan total pertumbuhan sejak awal investasi tanpa memperhatikan efek waktu.
Misal, investasi Rp10 juta menjadi Rp16 juta dalam 3 tahun → return kumulatif = 60%.
Interpretasi Data Return
Jangan hanya fokus pada angka tinggi. Perhatikan juga volatilitas dan drawdown, karena dua saham dengan return rata-rata sama bisa memiliki tingkat risiko berbeda.
Contoh Simulasi Return Saham
Bayangkan kamu berinvestasi di saham Apple (AAPL) senilai Rp10 juta pada 2018. Selama 5 tahun, harga saham naik rata-rata 20% per tahun.
Dengan efek compounding, nilai investasimu akan menjadi:
10.000.000 × (1 + 0,20)5 = 24.883.200
Artinya, kamu hampir melipatgandakan modal dalam 5 tahun, tanpa menghitung dividen tambahan.
Namun, jika kamu menyimpannya di deposito dengan bunga 4% per tahun, hasilnya hanya sekitar Rp12,1 juta dalam periode yang sama.
Perbandingan ini menunjukkan betapa besar pengaruh compounding return pada investasi jangka panjang.
Tips Membaca dan Menganalisis Return Saham
a. Gunakan time frame konsisten
Bandingkan return antar saham dalam periode yang sama agar hasil analisis tidak bias.
b. Hitung total return, bukan hanya capital gain
Dividen merupakan komponen penting dalam menilai performa investasi jangka panjang.
c. Perhatikan risiko relatif (risk-adjusted return)
Gunakan metrik seperti Sharpe Ratio atau Treynor Ratio untuk mengukur seberapa efisien return yang kamu dapat dibandingkan risikonya.
d. Gunakan aplikasi investasi yang menyediakan data historis otomatis
Platform seperti Gotrade memudahkan investor menghitung dan memantau return saham global secara real-time tanpa harus menghitung manual.
Kesimpulan
Menghitung return saham bukan sekadar tahu untung atau rugi, tapi memahami seberapa efisien uangmu bekerja. D
engan menguasai rumus return dan CAGR, kamu bisa menilai performa portofolio, membandingkan dengan instrumen lain, dan mengambil keputusan investasi yang lebih rasional.
Gunakan pendekatan data-driven, bukan sekadar insting. Mulai hitung, pantau, dan optimalkan investasimu lewat Gotrade, aplikasi investasi global yang transparan dan mudah digunakan, mulai dari $1 saja.
FAQ
1. Apakah return saham selalu positif setiap tahun?
Tidak. Return bisa negatif jika harga saham turun. Karena itu, penting memahami risiko volatilitas.
2. Apakah return saham lebih tinggi dari reksa dana?
Secara historis iya, tapi risikonya juga lebih tinggi. Reksa dana cocok bagi investor yang ingin hasil stabil.
3. Apakah CAGR bisa digunakan untuk semua jenis investasi?
Bisa. CAGR cocok untuk menilai performa jangka panjang baik di saham, reksa dana, atau properti.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.




