Pernah dengar istilah earning power value atau EPV dalam valuasi saham? EPV adalah salah satu pendekatan yang digunakan investor untuk menilai perusahaan berdasarkan kemampuan aslinya menghasilkan laba.
Pendekatan ini menarik karena tidak bergantung pada proyeksi pertumbuhan yang spekulatif, melainkan murni mengukur kekuatan laba perusahaan saat ini. Jadi, cocok untuk investor yang ingin menilai saham dari sisi fundamental tanpa terlalu banyak asumsi masa depan.
Melalui artikel ini, Gotrade akan menjelaskan definisi EPV, cara menghitungnya, dan bagaimana menggunakannya untuk menemukan saham undervalued di pasar.
Apa Itu Earning Power Value (EPV)?
Earning Power Value (EPV) adalah metode valuasi saham yang menghitung nilai wajar perusahaan berdasarkan kemampuan labanya yang berkelanjutan (sustainable earnings), tanpa mengasumsikan adanya pertumbuhan di masa depan.
Menurut Investopedia, EPV berfokus pada earning capacity atau daya laba perusahaan yang bisa dipertahankan dalam kondisi normal.
Secara sederhana, EPV berusaha menjawab pertanyaan:
"Jika perusahaan berhenti tumbuh hari ini, berapa nilai wajarnya berdasarkan laba bersih yang realistis?"
Pendekatan ini sering dibandingkan dengan Discounted Cash Flow (DCF).
Bedanya, DCF memproyeksikan arus kas di masa depan yang penuh asumsi, sedangkan EPV lebih konservatif, menganggap tidak ada pertumbuhan, hanya kemampuan laba stabil.
Karena itu, EPV cocok untuk menilai perusahaan mapan dan stabil, seperti sektor konsumsi, perbankan besar, atau energi, di mana pertumbuhan tidak terlalu tinggi, tetapi konsistensi laba kuat.
Komponen Penting Dalam EPV
Sebelum masuk ke rumus, penting memahami tiga komponen dasar EPV:
Earnings Power (Kemampuan Laba Bersih)
Ini bukan laba bersih tahunan mentah. Investor perlu menyesuaikannya agar mencerminkan sustainable earnings, yaitu laba bersih setelah memperhitungkan siklus ekonomi, biaya tidak berulang, dan depresiasi serta capital expenditure normal.
Cost of Capital (Biaya Modal Rata-Rata)
EPV menghitung nilai perusahaan dengan membagi earning power dengan cost of capital (biasanya weighted average cost of capital atau WACC). Ini mencerminkan tingkat pengembalian yang diharapkan investor.
Adjustments for Debt and Cash
Setelah mendapatkan nilai perusahaan (enterprise value), investor menguranginya dengan utang bersih untuk mendapatkan equity value per saham.
Cara Menghitung Earning Power Value (EPV)
Formula dasar EPV adalah sebagai berikut:
EPV = Adjusted Earnings / Cost of Capital
Langkah-langkah perhitungannya:
- Hitung Earnings Power: Gunakan rata-rata laba operasi beberapa tahun terakhir agar tidak terpengaruh fluktuasi tahunan. Misalnya, rata-rata laba operasi = Rp1 triliun per tahun.
- Kurangi Pajak Efektif: Asumsikan pajak 25%, maka laba bersih setelah pajak = Rp750 miliar.
- Gunakan Cost of Capital (WACC): Misal WACC = 10%. Maka, EPV = 750 miliar / 0.10 = Rp7,5 triliun.
- Kurangi Utang dan Tambahkan Kas: Jika perusahaan memiliki utang bersih Rp2 triliun, maka nilai ekuitas = Rp7,5 triliun – Rp2 triliun = Rp5,5 triliun.
- Hitung Nilai Per Saham: Jika jumlah saham beredar 1 miliar lembar, maka EPV per saham = Rp5.500.
Artinya, jika harga saham saat ini Rp4.000, maka saham tersebut undervalued menurut metode EPV.
Menggunakan EPV Untuk Menilai Saham Undervalued
EPV membantu investor menilai apakah pasar menilai suatu perusahaan terlalu rendah dibanding kemampuan laba riilnya.
Berbeda dengan DCF yang bisa terlalu optimis, EPV justru mengutamakan konservatisme dan kestabilan laba.
- Fokus pada kestabilan, bukan pertumbuhan: EPV sangat ideal untuk sektor-sektor dengan pendapatan stabil seperti utilitas, perbankan, atau FMCG. Investor bisa menilai nilai intrinsik perusahaan tanpa perlu menebak pertumbuhan masa depan yang belum tentu terjadi.
- Bandingkan EPV dengan kapitalisasi pasar: Jika nilai EPV jauh di atas kapitalisasi pasar saat ini, saham kemungkinan undervalued. Sebaliknya, jika jauh di bawah, bisa jadi saham sudah overpriced atau profit perusahaan sedang menurun.
- Gunakan EPV sebagai margin of safety: Dengan EPV, investor bisa memiliki margin of safety lebih jelas karena nilai yang dihitung tidak mengandalkan asumsi pertumbuhan agresif.
Kelebihan dan Keterbatasan EPV
Kelebihan:
- Sederhana dan berbasis data historis.
- Cocok untuk perusahaan mapan dan stabil.
- Menghindari bias optimis dari asumsi pertumbuhan.
Keterbatasan:
- Kurang akurat untuk perusahaan growth atau startup.
- Sensitif terhadap perubahan biaya modal.
- Tidak mempertimbangkan perubahan struktural bisnis di masa depan.
Karena itu, melansir Wall Street Prep, EPV sebaiknya digunakan sebagai salah satu alat bantu, bukan satu-satunya acuan valuasi saham.
Kesimpulan
Earning Power Value (EPV) adalah metode valuasi saham konservatif yang menilai perusahaan berdasarkan kemampuan laba berkelanjutan, bukan asumsi pertumbuhan.
Dengan menghitung earning power dan membaginya dengan cost of capital, investor bisa memperkirakan nilai wajar saham dan menemukan potensi undervalued stocks dengan risiko yang lebih terukur.
Bagi investor yang mengutamakan stabilitas dan logika dalam valuasi, EPV bisa jadi alat penting dalam proses stock screening.
Jika kamu ingin belajar memahami nilai wajar saham sebelum membeli, coba analisis perusahaan favoritmu pakai rumus EPV. Dan jika sudah siap praktik langsung, kamu bisa mulai investasi saham AS mulai dari Rp15.000 lewat Gotrade!
Platform investasi yang bikin value investing jadi simpel dan transparan. Unduh aplikasinya sekarang!
FAQ
Apa itu earning power value (EPV)?
EPV adalah metode valuasi saham yang menghitung nilai perusahaan berdasarkan kemampuan laba berkelanjutan tanpa asumsi pertumbuhan.
Kapan EPV cocok digunakan?
EPV cocok untuk menilai perusahaan mapan dan stabil yang memiliki pendapatan konsisten, bukan untuk saham pertumbuhan tinggi.
Apakah EPV bisa digunakan bersama metode lain?
Ya. Investor biasanya memadukan EPV dengan DCF, P/E ratio, atau PBV untuk mendapatkan gambaran valuasi yang lebih komprehensif.
Disclaimer
PT Valbury Asia Futures adalah Pialang berjangka yang berizin dan diawasi OJK untuk produk derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa Efek.




